Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Kamis, 22 Desember 2011

PERAN IBU DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA



Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun*). bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.(Lukman ayat  14)
*)Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.
Ibu ( Sumber :cemangcemong.wordpress.com)
      Ayat di atas menjelaskan bahwa begitu tingginya Alloh menempatkan posisi kedua orang tua  kita (terutama ibu)  dan untuk berbuat kebaikan kepada keduanya, terutama keutamaan seorang ibu yang telah mengandung dalam keadaan lemah dan bersusah payah untuk membesarkan dan memelihara kita dalam keadaan suka dan duka. Bahkan dengan keutamaannya itu Nabi Muhammad SAW, menempatkan seorang ibu lebih utama dari keutamaan seorang ayah atau derajatnya tiga tingkat dibanding ayah.  Walau kenyataannya seorang anak kadang tidak berusaha menghayati dan menghargai pengorbanan seorang ibu. Begitu besarnya pengorbanan seorang ibu dengan tanpa pamrih, dibalas dengan perbuatan kita yang tidak sepadan dengan perjuangannya itu. Saya sebagai seorang anak yang  jauh letak rumah dengan ibu saya  kadang tak menyesali ketika ibu saya mengalami sakit dengan cara menyambanginya barang sebentar saja, apalagi mau menungguinya sampai sembuh, padahal sejatinya seorang anak tidak sekedar  mendo’akan di setiap sehabis melaksanakan ibadah bahkan harus lebih daripada itu. Kita bandingkan dengan kasih sayang seorang ibu, ketika kita mengalami sakit atau anak kita (cucunya) lahir maka seorang ibu dengan tidak pakai pikir panjang langsung menyambangi walaupun jaraknya sangat jauh. Atau ketika hari raya akan tiba seorang ibu selalu menanti anaknya yang akan pulang mudik, dengan mempersiapkan segala macam peganan untuk anaknya dengan tidak mempedulikan apakah anakya akan pulang atau tidak. Beda dengan kita, ketika kita mengalami makan enak saja  bahkan kadang tak terlintas wajah ibu kita dan berusaha untuk mengingatnya.  Hal itu menjelaskan kepada kita begitu besar pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu kepada seorang anaknya. 
Seorang ibu dalam perjalanan hidupnya tak banyak menuntut kepada anak-anaknya, cukup melihat anaknya sehat, terlebih mendoakanya, maka hal itu baginya merupakan kebahagiaan yang melebihi menemukan gunung emas. Selain itu kebahagiaan akan membuncah manakala mendapatkan anaknya bermanfaat bagi dirinya, bagi orang lain serta lingkungan masyarakat. Karena menurutnya keberhasilan itu adalah hasil perjuangannya dari mulai mengandung, melahirkan sampai dewasa. Coba kita tengok, keberhasilan seorang anak untuk menjadi orang besar pasti di belakangnya ada peran seorang ibu yang hebat atau jika seorang suami yang punya prestasi yang memuncak  sudah dipastikan di belakangnya ada istri yang hebat yang mampu menjadi pendorong, penyemangat, pemberi  motivasi, serta pemberi kebahagiaan dikala duka dan pengenap hati dikala bahagia.
Peranan seorang ibu sangat besar artinya bagi perkembangan kemajuan bangsa, sebab hampir separuh usia yang kita miliki adalah hasil didikan seorang ibu, walaupun kita menimba ilmu sampai tingkat apapun tapi peran ibu dalam mendidik dari mulai akan dilahirkan sampai dewasa jelas akan membekas dari hasil didikan itu sehingga menjadi karakter yang kita punyai sampai saat ini. Kalau di perguruan tinggi kita diajari Ilmu Sosial Dasar yang memiliki 2-3 SKS, jelas tidak sepadan dengan pendidikan yang diberikan seorang ibu selama ini berkaitan dengan ilmu dimaksud. Bisa jadi kita telah diberikan ilmu serupa tanpa kesadaran melebihi ilmu yang  diberikan oleh Dosen berkaitan dengan Ilmu itu. Yang saya sebutkan baru satu mata kuliah,kalau diruntut mulai awal kita dilahirkan sampai masa remaja saja, berapa mata kuliah yang telah diberikan ibu kita dengan tanpa kita sadari. Dengan demikian betapa besar peran ibu dalam membentuk karakter manusia Indonesia.
Tanpa mengenyampingkan peran ayah terhadap perkembangan anak, peran ibu tentunya sangat menonjol karena seorang ibu memberikan ikatan batin yang sangat kuat dibanding ayah, walaupun ada beberapa ayah selain single parent yang mempunyai peran ganda akan tetapi tetap ibu merupakan sosok yang tak dapat tergantikan. Ibarat peribahasa dimakan mati ibu tidak dimakakan  mati ayah, rasanya kalau terpaksa memilih lebih baik mati ayah daripada ditinggal ibu. Hal itu menandakan begitu besar peran ibu dibanding ayah.
Moment hari ibu yang diukir oleh R Dewi Sartika, dengan memperjuangkan hak-hak kesamaan gender jelas sebagai upaya agar para ibu menunjukkan perannya agar tidak terkungkung dengan keadaan, artinya seorang wanita tidak hanya cukup di kasur, dapur dan sumur saja tapi Dewi Sartika dengan Keutamaan Istri-nya yang dia dirikan itu memberikan pencerahan sama halnya dengan perjuangan RA Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita sebelumnya, manakala wanita Indonesia terkungkung oleh distorsi pembatasan hak-hak perempuan kala itu. Akan tetapi hasil perjuangan itu telah mendogma sebagian wanita Indonesia menjadikan dirinya memperjuangkan atau melakukan hak-hak emansipasi wanita itu melebihi ambang  batas yang seharusnya dilakukan. Sebuah surat kabar  memberitakan bahwa KDRT selalu memberikan gambaran bahwa KDRT selalu dilakukan oleh kaum pria, begitupun pelecehan seksual. Padahal hal itu ada sebab akibat, dan tidak semua KDRT dilakukan oleh laki-laki, mungkin saja banyak juga SUSIS (pinjam kata-kata Sule), akan tetapi malu atau memalukan untuk melaporkan ke pengadilan atau komnas HAM. Jika saja ada lembaga PKKS (Pengusut Kekerasan Kepada Suami) niscaya akan banyak juga pengaduan yang mengalir.
Saya tidak antipati terhadap perjuangan emansipasi yang diperjuangkan oleh para pegiat hak-hak perempuan, akan tetapi kenapa terjadi pelecehan, KDRT dan sejenisnya saat ini, hal itu tidak terlepas dari peran seorang ibu. Bagaimana tidak terjadi pelecehan seksual bila seorang ibu tidak memperingatkan anaknya jika mengenakan pakaian yang mengumbar aurat, dan bagaimana tidak terjadi KDRT jika seorang ibu tidak memberikan bekal kepada anak-anaknya untuk pandai berumahtangga. Hal sepele saja, jika seorang suami cape-cape bekerja seharian, sampai dirumah mendapatkan makanan yang tak berkenan dengan lidahnya, maka akibatnya masalah di tempat bekerjanya itu akan sampai di meja makan. Dengan demikian sejak awal peran ibu untuk mendidik anaknya dalam hal masak saja jelas sangat dibutuhkan.
Oleh sebab itu generasi muda sekarang dan akan datang tidak akan terlepas dari peran seorang ibu. Sehingga dari sejak dini seorang wanita harus mampu menjelmakan dirinya menjadi ibu super, yaitu seorang ibu yang mampu menjadi tauladan bagi anak-anaknya, menjadi gudang ilmu bagi anak-anaknya, serta mampu menjadi ibu yang dapat mencetak kader-kader ibu-ibu muda masa datang sehingga menjadi kekuatan besar bangsa. Kata pepatah "Pemuda adalah tulang punggung bangsa", tapi untuk seorang ibu ada pepatah yang cocok dengan menyebut " Ibu adalah Penentu Karakter Bangsa".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar