Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Selasa, 20 April 2010

Upah




Upah dan Peranannya terhadap  Motivasi dan Kepuasan
Dalam Meningkatkan Kinerja Pekerja Perusahaan

Oleh : Dadang Rusnandar

A b s t r a k

Sistem upah dirasakan adil dan kompetitif oleh karyawan, maka perusahaan akan lebih mudah untuk menarik pekerja yang potensial, mempertahankannya dan memotivasi agar lebih meningkatkan kinerjanya, sehingga produktivitas meningkat dan perusahaan mampu menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif, yang pada akhirnya, perusahaan bukan hanya unggul dalam persaingan, namun juga mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan mampu meningkatkan profitabilitas dan mengembangkan usahanya. Upah cenderung mempengaruhi secara langsung motivasi dan kepuasan kerja akan membentuk kinerja yang baik, selanjutnya dengan kinerja yang baik dari pekerja pada gilirannya akan mempengaruhi efisiensi dan provitabilitas perusahaan.
Kata kunci : Upah , Motivasi , Kepuasan dan Kinerja

Pendahuluan
           
 Pada berbagai bidang khususnya kehidupan berorganisasi, faktor manusia merupakan masalah utama disetiap kegiatan yang ada didalamnya. Hal ini dikarenakan adanya garis ketersinggungan atau interaksi antar individu itu sendiri, pada organisasi maupun pada teknologinya. Hal ini mengakibatkan kehidupan dinamik dalam suatu organisasi akan menjadi suatu dinamika itu sendiri.  Produktivitas kerja merupakan suatu hasil kerja dari seorang karyawan. Hasil kerja karyawan ini merupakan suatu proses bekerja dari seseorang dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Proses kerja dari karyawan ini merupakan kinerja dari karyawan. Sering terjadi produktivitas kerja karyawan menurun dikarenakan kemungkinan adanya ketidaknyamanan dalam bekerja, upah yang minim dan juga ketidak puasan dalam bekerja.
Permasalahan tentang produktivitas kerja ini merupakan permasalahan umum yang terjadi pada setiap perusahaan. Kadang produktivitas kerja seorang karyawan cenderung menurun dan pengaruhnya adalah merosotnya suatu perusahaan. Bila tidak diatasi dengan baik maka perusahaan tersebut akan cenderung mengalami penurunan yang signifikan. Salah satu hal yang dapat menurunkan produktivitas pekerja adalah proses industrialisasi.
Proses industrialisasi yang bertumpu pada efisiensi dan keefektifan kerja sangat membutuhkan peran sumber daya manusia yang berkualitas, kebutuhan sumber daya manusia yang berkualitas ini menjadi isu yang sangat menonjol di Indonesia dewasa ini. Namun sejalan dengan itu industrialisasi sering pula membawa masalah lain dalam ketenagakerjaan seperti tuntutan kenaikan upah, ketidakpuasan dalam mutasi, promosi, motivasi, dan rendahnya kinerja pekerja.
            Hal-hal seperti ini menjadi contoh konkrit betapa masalah ketenagakerjaan menjadi sesuatu yang sangat serius. Dewasa ini dengan semakin ketatnya persaingan bisnis mengakibatkan perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh karena itu perusahaan harus mampu besaing, dan salah satu alat yang dapat digunakan oleh perusahaan adalah upah.
            Jika sistem upah dirasakan adil dan kompetitif oleh karyawan, maka perusahaan akan lebih mudah untuk menarik pekerja yang potensial, mempertahankannya dan memotivasi agar lebih meningkatkan kinerjanya, sehingga produktivitas meningkat dan perusahaan mampu menghasilkan produk dengan harga yang kompetitif, yang pada akhirnya, perusahaan bukan hanya unggul dalam persaingan, namun juga mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan mampu meningkatkan profitabilitas dan mengembangkan usahanya. Selanjutnya dikemukakan bahwa dalam menjalankan kegiatan usahanya, suatu perusahaan tentu membutuhkan berbagai sumberdaya, seperti modal, material, mesin, dan perusahaan juga membutuhkan sumber daya manusia, yaitu pekerja. Pekerja merupakan sumber daya yang penting bagi perusahaan, karena memiliki kemampuan tenaga, bakat, dan kreativitas yang sangat dibutuhkan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya.
            Sebaliknya pekerja juga mempunyai berbagai macam kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan inilah yang dipandang sebagai pendorong atau penggerak bagi seseorang untuk bekerja atau melakukan sesuatu pekerjaan. Bagi sebahagian pekerja, harapan untuk mendapatkan uang atau upah adalah satusatunya alasan untuk bekerja, walaupun ada yang lain beranggapan bahwa uang atau upah hanyalah salah satu dari sekian banyak kebutuhan yang terpenuhi melalui kerja. Kebutuhan lain yang terpenuhi melaui kerja antara lain dengan bekerja akan merasa dihargai oleh masyarakat sekitarnya, akan memperoleh berbagai fasilitas dan simbolsimbol status dari perusahaan dimana mereka bekerja. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesediaan pekerja untuk mencurahkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, tenaga dan waktu, sebenarnya mengharapkan adanya imbalan dari pihak perusahaan yang dapat memuaskan kebutuhannya.
            Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (2007), upah menjadi alasan yang paling penting mengapa orang bekerja diantara alasan lain, seperti untuk berprestasi, berafiliasi dengan orang lain, mengembangkan diri, atau untuk mengaktualisasikan diri. Paling tidak 90 persen pertentangan antara pekerja dan majikan disebabkan oleh masalah upah, bukan yang lain. Ini menjadi bukti bahwa upah merupakan aspek yang penting. Lebih lanjut dikatakan bahwa dari sudut pandang perusahaan, memberikan upah menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan kepuasan kerja, memotivasi pegawai, merangsang pegawai baru yang berkualitas untuk memasuki perusahaan, mempertahankan pegawai yang ada, dan meningkatkan kinerja.
            Senada dengan itu, Suwarto (2003) mengemukakan bahwa upah merupakan salah satu aspek yang paling sensitif didalam hubungan kerja dan hubungan industrial. Antara 70 – 80 % kasus yang terjadi dalam hubungan kerja dan hubungan industrial mengandung masalah pengupahan dan berbagai segi yang terkait, seperti tunjangan, kenaikan upah, struktur upah, skala upah. Selanjutnya dikatakan bahwa dalam prakteknya masih banyak perusahaan yang belum memahami secara benar sistem pengupahan. Ada sementara yang beranggapan bahwa dengan melaksanakan upah minimum sudah merasa memenuhi ketentuan pengupahan yang berlaku, sehingga mereka berharap tidak akan terjadi masalah yang berkaitan dengan upah pekerja. Pemahaman semacam ini perlu diluruskan dengan mendalami makna dan pengertian upah minimum dan sistem pengupahan secara keseluruhan.

A. Pandangan Berbeda Tentang Upah
            Masalah yang dapat timbul dalam bidang pengupahan adalah bahwa pengusaha dan pekerja pada umumnya mempunyai pengertian dan kepentingan yang berbeda mengenai upah. Bagi pengusaha, upah dapat dipandang sebagai beban atau biaya yang harus dibayarkan kepada pekerja dan diperhitungkan dalam penentuan biaya total. Semakin besar upah yang dibayarkan kepada pekerja, semakin kecil proporsi keuntungan bagi pengusaha.
            Segala sesuatu yang dikeluarkan oleh pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan seseorang dipandang sebagai komponen upah, misalnya uang tunai, tunjangan, pengangkutan, kesehatan, konsumsi yang disediakan dalam menjalankan tugas, pembayaran upah waktu libur, cuti dan sakit, fasilitas rekreasi. Dilain pihak, pekerja dan keluarganya menganggap upah hanya sebagai apa yang diterimanya dalam bentuk uang (takehome pay) sebagai penghasilan menggunakan tenaganya kepada pengusaha.
            Pada kenyataan menunjukkan bahwa hanya sedikit pengusaha yang secara sadar dan sukarela dan terus menerus berusaha meningkatkan kehidupan karyawannya, terutama pekerja golongan rendah. Dilain pihak pekerja melalui serikat pekerja dan atau dengan mengundang campur tangan pemerintah selalu menuntut kenaikan upah. Tuntutan seperti itu yang tidak disertai dengan peningkatan produktivitas kerja akan mendorong pengusaha :
 (1) mengurangi penggunaan pekerja dengan menurunkan produksi
 (2) menggunakan tekhnologi yang lebih padat modal dan
 (3) menaikkan harga jual barang yang kemudian mendorong inflasi.
            Masalah yang lain yang dihadapi dalam bidang pengupahan dewasa ini adalah rendahnya tingkat upah dan pendapatan masyarakat. Banyak pekerja yang berpenghasilan rendah, bahkan lebih rendah dari kebutuhan fisik minimum. Hal ini akan menyebabkan rendahnya produktivitas dan kinerja pekerja. Menurut Suwarto (2003) bahwa bagi pekerja, upah merupakan sumber pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
            Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan seseorang bekerja, maka melalui peningkatan upah kesejahteraan seseorang dapat ditingkatkan. Sebab apabila upah semakin besar, maka makin besar pula peluang seseorang untuk dapat memenuhi dan memperbaiki tingkat hidupnya, seperti pemenuhan kebutuhan akan sandang, pangan, papan, kesehatan, rekreasi dan lainnya. Sementara itu bagi pengusaha, upah merupakan biaya produksi. Oleh karenanya, setiap terjadi peningkatan upah maka akan terjadi peningkatan biaya.

B. Upah, Motivasi, Kepuasan dan Kinerja
            Dalam manajemen sumberdaya manusia, upah sebaiknya dilihat sebagai investasi atau human investment. Sebagai human investment, kenaikan upah atau kesejahteraan tenaga kerja dapat dilihat sebagai perbaikan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia atau pekerja, yang hasilnya akan diperoleh kemudian.
            Apabila perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan keterampilan melalui tambahan pendidikan, latihan, perbaikan disiplin, peningkatan semangat kerja, dan adanya ketenangan kerja, akan mendorong naiknya produktivitas dan kinerja pekerja. Selanjutnya dengan adanya semangat dan gairah kerja yang tinggi, maka rasa tanggung jawab, dedikasi, dan kreativitas inovasi dapat pula diharapkan meningkat. Sebaliknya, usaha menekan upah serendah mungkin, sering terbentur pada halhal yang dapat mengganggu jalannya proses produksi perusahaan, selain dapat mengakibatkan unjuk rasa, pemogokan, keresahan dan sikap apatis, hal ini bertentangan pula dengan UU RI No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya mengenai pemberian upah minimal, dalam hal ini Upah Minimum Propinsi (UMP) dan Upah Minimum Kota/Kabupaten (UMK).
            Dalam hubungannya antara upah dan kinerja, Gibson (1996), mengemukakan bahwa salah satu yang mempengaruhi kinerja individu yang sangat kuat adalah sistem balas jasa/upah organisasi atau perusahaan. Organisasi dapat menggunakan balas jasa/upah untuk meningkatkan kinerja saat ini, juga untuk menarik pekerja yang terampil untuk bergabung dalam organisasi atau perusahaan.
            Dalam hal ini aspek upah menjadi penting, karena penghargaan (upah) akan menjadi efektif jika dihubungkan dengan kinerja secara nyata (Noe, 2000). Strategi upah yang efektif diharapkan dapat memberikan sumbangan pada terpeliharanya kelangsungan hidup satuan kerja, terwujudnya visi dan misi dan untuk pencapaian sasaran kerja.
            Selanjutnya Feldman (1988) mengemukakan bahwa prinsip dasar manajemen menyatakan bahwa kinerja merupakan perpaduan antara motivasi yang ada pada diri seseorang dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas pekerjaan : Kinerja = f (motivasi, kemampuan). Hal yang sama dikemukakan oleh Hellriegel (1989) menyatakan kinerja individu sebagai hasil perkalian atau fungsi dari motivasi dan kemampuan. Formula kinerja adalah sebagai berikut: Kinerja (p) = fungsi (kemampuan dan motivasi) atau performance = (ability x motivation). Secara spesifik Dessler (1997) menegaskan bahwa uang adalah faktor utama yang menggerakkan motivasi seseorang untuk berprestasi. Disisi lain, karateristik kepuasan berkaitan erat dengan faktorfaktor yang membangkitkan atau memulai perilaku (Gitosoedarmo & Sudita, 1997).
            Dari teoriteori yang dikemukakan pada pakar di atas dapat disimpulkan bahwa upah cenderung mempengaruhi secara langsung motivasi kerja, dan kepuasan kerja yang akan membentuk kinerja yang baik, selanjutnya dengan kinerja yang baik dari pekerja pada gilirannya akan mempengaruhi efisiensi dan provitabilitas perusahaan. Pola hubungan upah, kepuasan kerja dan motivasi kerja, dalam arti seberapa besar kekuatan upah mempengaruhi kepuasan kerja, dan seberapa tinggi kemampuan upah mempengaruhi motivasi kerja, telah dikaji oleh Igalens & Roussell (1999). Hasilnya, semua dimensi paket upah, kecuali benefit, menunjukkan hubungan signifikan dengan kepuasan dan motivasi.
            Penelitian Kovach (1995), menghasilkan ranking faktor yang mempengaruhi motivasi pekerja untuk bekerja yaitu : bekerja itu penting, memiliki apresiasi penuh dalam bekerja, perasaan memiliki sesuatu, keamanan kerja, tingkat upah yang baik. Beberapa peneliti dalam Panggabean (2004) : mengungkapkan bahwa penghargaan dapat mempengaruhi tingkat motivasi karyawan (Lawler, 1984). Hasil penelitian Herpen, Praag, dan Cools (2003) menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara kompensasi/upah dengan motivasi.
            Maryanto (2004) dalam penelitiannya menyatakan bahwa imbalan berpengaruh secara positif terhadap motivasi kerja pekerja. Selain dari pada itu penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2004), dan Guritno & Waridin (2005) mengemukakan bahwa kepuasan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pekerja. Dan studi yang dilakukan oleh Madu (1996) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja pekerja dengan kinerja, baik untuk perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Kinerja pekerja dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh perusahaan maupun usaha pekerja itu sendiri. Kinerja yang baik merupakan kebutuhan pekerja itu sendiri, disamping itu untuk mendukung tujuan yang ingin dicapai perusahaan.

Kesimpulan
            Upah dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi karyawan untukmeningkatkan prestasi kerja mereka dan merangsang para karyawan untukmberperan aktif dalam peran pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu, upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.Oleh perusahaan, upah sebaiknya dilihat sebagai investasi atau human investment. Sebagai human investment, kenaikan upah atau kesejahteraan tenaga kerja dapat dilihat sebagai perbaikan atau peningkatan kualitas sumberdaya manusia atau pekerja, yang hasilnya akan diperoleh kemudian. Apabila perusahaan melakukan perbaikan atau peningkatan upah, perbaikan kesehatan dan gizi, perbaikan keterampilan melalui tambahan pendidikan, latihan, perbaikan disiplin, peningkatan semangat kerja, dan adanya ketenangan kerja, akan mendorong naiknya produktivitas dan kinerja pekerja.
            Pengaruh upah terhadap pekerja sangatlah besar. Motivasi kerja yang tinggi, kepuasan kerja, kinerja, dan juga keresahan, loyalitas, pekerja, banyak dipengaruhi oleh upah,


DAFTAR PUSTAKA


Armstrong M., 1992. A Hand Book of Human Resources Management,     Terjemahan,     Jakarta : Elex Media Kamputindo.

Belante, Don and Jackson, Mark, 1983, diterjemahkan oleh Wimandjaya K      L dan   M.Yasin, Ekonomi Ketenagakerjaan, edisi kedua, Jakarta,          LPFE UI.

Borjas, George J, 2000, Labour Economics, Secon Edition, Harvard University, United         States: Irwin McGrawhillInc.

Faustino Cardoso Gomes, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia,         Yogyakarta,
Andi     Offset.

Ike Kusdyah Rachmawati, 2007, Manajemen Sumberdaya    Manusia, Yogyakarta, Andi     Offset.

Michael Armstrong dan Helen Murlis, 2003, Reward Management, Jakarta, PT.Bhuana       Ilmu Populer.

Ninuk Muljani, 2002, Kompensasi Sebagai Motivator Untuk Meningkatkan      Kinerja             Karyawan, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol.4.

Sonny Sumarsono, 2003, Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan             Ketenagakerjaan, Yogyakarta, Graha Ilmu.

Suyadi Prawirosentono, 2008, Kebijakan Kinerja Karyawan, Yogyakarta,    BPFEYogyakarta.

Suwarto, 2003, Hubungan Industrial Dalam Praktik, Jakarta, Asosiasi      Hubungan         Industrial Indonesia.

Simamora Henry, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, STIE YPKN.

Tjutju Yuniarsih & Suwatno, 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung, Alfabeta.

Veithzal Rivai, 2004, Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan           Dari Teori      ke Praktik, Jakarta, Murai Kencana

Nuzsep Almigo, 2008, Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Karyawan.   Fakultas Psikologi Universitas Bina Darma Palembang


www.deptan.go.idhttp:  //www.deptan.go.id/bpsdmp/

Senin, 19 April 2010

KALAU HARGA POKOK TERLALU TINGGI

Disarikan dari tulisan Tjiptono Darmadji tjiptono@darmadji.co.id
Dalam struktur laba rugi dari setiap perusahaan, maka harga pokok akan muncul sebagai pengurang yang pertama dari penjualan, sebelum memperhitungkan biaya-biaya yang lain. Harga pokok itu memang begitu pentingnya dan sekaligus juga begitu besarnya, sehingga besarnya laba kotor sangat tergantung pada perhitungan harga pokok. Ada perusahaan-perusahaan tertentu yang bisa menghasilkan laba kotor yang cukup besar, misalnya saja perusahaan pembuat kosmetik, tapi ada pula perusahaan yang memang hanya boleh mempunyai laba kotor yang relatif kecil, kurang dari 10% saja, seperti distributor. Yang punya laba kotor besar sebenarnya beruntung, karena punya ruang gerak yang lebih luas untuk biaya operasi dan bunga, sedangkan yang punya laba kotor kurang dari 10%, benar-benar harus hemat dengan biaya operasi perusahaannya, sedemikian rupa, sehingga masih bisa menyisakan laba operasi secukupnya, mungkin hanya 2-4% saja dan itupun masih harus cukup untuk membayar biaya bunga, sekiranya perusahaan masih harus menanggung biaya pinjaman. Karena itu perusahaan yang punya persentase laba kotor yang kecil atau persentase harga pokok yang tinggi, harus cenderung untuk membatasi diri dalam meminjam kepada bank atau sumber-sumber dana yang lain. Untungnya perusahaan yang demikian memang biasanya dapat mengandalkan seluruh kegiatan usahanya pada hutang usaha yang diberikan oleh pabrik. Harga pokok itu punya berbagai komponen, yang masing-masing besarnya tergantung pada sector usaha masing-masing dan masih juga tergantung pada bagaimana perusahaan itu di kelola. Secara teoretis setiap perusahaan mestinya bisa menghasilkan laba kotor, karena secara teoretis harga jual harus lebih besar dari pada harga pokok, namun dalam kenyataan tidaklah selalu demikian. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa harga jual itu tidak ditentukan begitu saja oleh produsen atas dasar harga pokok ditambah margin laba. Untuk barang-barang yang dapat dijumpai dengan mudah di pasar atau yang dikenal sebagai komoditas umum, ada semacam harga pasar yang dipakai sebagai patokan. Produsen harus menyesuaikan terhadap harga pasar yang terbentuk dan kemudian menyesuaikan produksinya sedemikian rupa, sehingga masih bisa menghasilkan laba kotor. Memang untuk produk-produk atau jasa yang langka, yang tidak ada bandingannya di pasar, bisa saja ditentukan harga jual yang aduhai tingginya, sehingga harga pokok menjadi tidak penting lagi. Ambillah sebagai contoh jasa di bidang arsitektur atau jasa dibidang keuangan seperti mergers dan akuisisi. Itupun ada batasnya, sehingga produsen tetap saja harus memperhatikan harga pokoknya. Pada umumnya komponen terbesar dari harga pokok adalah biaya bahan baku dan bahan penolong yang memang diperlukan untuk membuat produk barang jadi. Hal yang demikian dapat kita amati pada struktur biaya dari industri manufaktur. Fluktuasi dari harga pembelian bahan baku bisa sangat berpengaruh pada struktur harga pokok,
demikian pula halnya dengan fluktuasi nilai tukar, kalau bahan baku harus di impor. Selebihnya adalah kemampuan manajemen untuk bisa memperoleh bahan baku dan bahan penolong dengan harga yang paling rendah, tentu saja sepanjang kualitas memadai. Manajemen memang harus terus menerus mencari alternative baru untuk mengganti bahan baku yang digunakan atau suppliernya. Jangan hanya terpaku pada masa lalu. Selalu ada kemungkinan untuk menurunkan harga pokok, bilamana manajemen memang berusaha keras untuk itu. Komponen lain yang besar adalah komponen biaya tenaga kerja, terutama pada industri padat karya. Manajemen bisa mengurangi komponen ini kalau bisa mempelajari bagaimana membuat proses produksi menjadi lebih efisien. Salah satu alternative adalah automation, tetapi jangan lupa mesin dan peralatan yang digunakan juga tidak murah. Biaya tenaga kerja bisa menjadi tinggi, kalau banyak lembur, padahal selama lembur itu kemampuan produksi telah berkurang dibanding dengan jam kerja biasa. Banyak perusahaan masih relative inefisien karena susunan tenaga kerja yang berlapis-lapis sebagai bagian dari struktur pyramidal. Struktur berjenjang memang membuat banyak orang hanya menjadi bagian dari sistim, tapi tak banyak yang benar-benar menjadi operator. Adalah paling baik untuk menetapkan unit cost bagi masing-masing bagian dari produksi dan tidak terlalu banyak orang yang hanya menjadi penerima laporan dari bawahannya. Ketrampilan tenaga kerja juga sangat menentukan besarnya harga pokok. Bilamana tenaga kerja tidak trampil, maka proses produksi bisa mengandung banyk kesalahan, sehingga hasil produksi menjadi tidak sempurna. Mungkin karena kualitas hasil produksi tidak memadai, maka tidak dapat dijual kepada pemesan yang sudah menetapkan standar mutu tertentu dan kalau terpaksa harus dijual murah kepada pihak lain, maka otomatis harga pokok akan menjadi tinggi atau mungkin lebih besar dari pada harga jual. Karena itu perusahaan selalu harus memperhatikan besarnya produksi yang non grade ini. Komponen lain dari harga pokok adalah depresiasi dari mesin-mesin dan peralatan yang digunakan. Digunakan secara terus menerus atau tidak, depresiasi mesin tetap sama. Karena itu perusahaan hanya bisa beroperasi secara efisien, kalau praktis bekerja terus menerus 24 jam sehari, 7 hari seminggu, setidak-tidaknya berhentinya mesin harus minimal, seperlunya saja kalau memang harus dilakukan maintenance. Karena itu perusahaan yang bekerja tidak optimal, akan mempunyai komponen biaya depresiasi yang besar. Meskipun depresiasi adalah biaya non cash, artinya perusahaan tidak mengeluarkan uang untuk itu, tetap saja harus diperhitungkan dan laba rugi perusahaan bisa menghasilkan rugi. Berikutnya adalah biaya-biaya pabrik yang lain yang juga harus diperhitungkan sebagai bagian dari harga pokok, seperti biaya listrik, spare parts dan biaya maintenance lainnya. Meskipun pada umumnya biaya-biaya lain ini tidak terlalu besar persentasenya, tetapi kenaikan tariff listrik yang masih harus dihadapi, harus disikapi dengan tindakantindakan penghematan, sedemikian rupa sehingga keseluruhan harga pokok masih dalam batas-batas yang wajar dan masih memungkinkan perusahaan untuk hidup. Bilamana harga pokok sudah terlalu tinggi, maka semua komponennya harus dibedah untuk menemukan mana yang salah dan sesegera mungkin harus diambil tindakan untuk memperbaikinya. Bagaimanapun juga harga pokok harus lebih rendah dari harga jual dan itu memang tanggung jawab produsen.

Senin, 01 Maret 2010

PERANAN PENYULUHAN PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN

PENDAHULUAN
Banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian menunjukkan demikian besar peranan sektor pertanian dalam menopang perekonomian dan memiliki implikasi penting dalam pembangunan ekonomi ke depan.Untuk membangun pertanian dibutuhkan SDM yang berkualitas. Lebih dari itu, tersedianya SDM yang berkualitas merupakan modal utama bagi daerah untuk menjadi pelaku (aktor), penggerak pembangunan di daerah. Karena itu untuk membangun pertanian, kita harus membangun sumber daya manusianya. SDM yang perlu dibangun di antaranya adalah SDM masyarakat pertanian (petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian), agar kemampuan dan kompetensi kerja masyarakat pertanian dapat meningkat, karena merekalah yang langsung melaksanakan segala kegiatan usaha pertanian di lahan usahanya. Hal ini hanya dapat dibangun melalui proses belajar dan mengajar dengan mengembangkan sistem pendidikan non formal di luar sekolah secara efektif dan efisien di antaranya adalah melalui penyuluhan pertanian.Melalui penyuluhan pertanian, masyarakat pertanian dibekali dengan ilmu, pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan inovasi baru di bidang pertanian dengan sapta usahanya, penanaman nilai-nilai atau prinsip agribisnis, mengkreasi sumber daya manusia dengan konsep dasar filosofi rajin, kooperatif, inovatif, kreatif dan sebagainya. Yang lebih penting lagi adalah mengubah sikap dan perilaku masyarakat pertanian agar mereka tahu dan mau menerapkan informasi anjuran yang dibawa dan disampaikan oleh penyuluh pertanian.

DINAMIKA PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
Kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia dilaksanakan oleh Departemen Pertanian resmi dimulai 1 Januari, 1905. Di daerah, tugas tersebut dilaksanakan oleh Pangereh Praja atas perintah kepada petani. Pada tahun 1921, kegiatan penyuluhan dilaksanakan oleh Dinas Penyuluhan Pertanian, dalam bidang tanaman pangan dan perkebunan, disamping perkereditan (Abbas 1995).
Gerakan penyuluhan pertanian di Indonesia, diprakarsai oleh pemerintah, berbeda dengan gerakan penyuluhan di Inggris dan Amerika yang diprakarsai oleh masyarakat. Sejak awal, kegiatan penyuluhan pertanian di Indonesia, diposisikan sebagai instrumen untuk mensukseskan program-program pemerintah. Periode (1945-1959), penyuluhan diintegrasikan dengan Rencana Kesejahteraan Istimewa (RKI). Penyuluhan pertanian dicirikan oleh pendirian Balai Pendidikan Masyarakat Desa (BPMD). Kegiatannya mendidik masyarakat desa dengan menggunakan sistem penyuluhan tetesan minyak. Periode (1959-1963) penyuluhan pertanian dengan sistem tetesan minyak, yang dicirikan oleh meningkatkan partisipasi petani secara sukarela, diubah menjadi gerakan massa. Penyuluhan diintegrasikan dengan gerakan swasembada beras. Permasalahan kekurangan pangan yang menonjol dalam periode ini, dipecahkan dengan penyebar luasan penggunaan teknologi, melalui kegiatan penyuluhan pertanian.
Periode (1966-1986) merupakan periode keemasan. Periode sebelum tahun 1986 menempatkan penyuluhan pertanian dalam koordinasi Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dengan pendekatan sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU). Kegiatan penyuluhan cukup efektif dengan pendekatan pola pembangunan yang sentralistis. Hal ini dilihat dari tercapainya swasembada beras pada tahun 1984. Hal ini dianggap puncak prestasi penyuluhan pertanian di Indonesia (Vitayala at al. 1998). Dari tahun 1984 hingga tahun 1991 penyuluh pertanian dikelola oleh Sekretariat Badan Pengendali BIMAS, untuk mempermudah mobilisasi Penyuluh Pertanian dalam pencapaian sasaran intensifikasi dengan pendekatan sistem kerja LAKU. Selama periode ini penyuluhan pertanian dipergunakan sebagai instrumen untuk memecahkan masalah kelangkaan pangan khususnya beras. Dalam periode ini telah muncul gejala-gejala krisis penyuluhan pertanian di Indonesia Periode (1991-2000) dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Mendagri dan Mentan Nomor: 539/kpts/LP.120/7/1991 dan Nomor: 65 Tahun 1991 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di daerah, yang menyerahkan urusan penyuluhan pertanian kepada pemerintah daerah. Pada periode ini kondisi penyuluhan pertanian semakin parah. Dinamika penyuluhan pertanian menurun drastis, loyo, kekurangan gairah (Vitayala et al. 1998). Puspadi (2002) menemukan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Indonesia dalam keadaan krisis kelembagaan, legitimasi, anggaran sehingga efektivitas dan kepuasan petani terhadap kegiatan penyuluhan pertanian cenderung rendah dan sangat rendah.

TUJUAN DAN PERANAN PENYULUH DALAM PEMBANGUNAN SDM
Tujuan penyuluhan pertanian adalah dalam rangka menghasilkan SDM pelaku pembangunan pertanian yang kompeten sehingga mampu mengembangkan usaha pertanian yang tangguh, bertani lebih baik (better farming), berusaha tani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan lingkungan lebih sehat. Penyuluhan pertanian dituntut agar mampu menggerakkan masyarakat, memberdayakan petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian, serta mendampingi petani untuk:
(1) Membantu menganalisis situasi-situasi yang sedang mereka hadapi dan melakukan perkiraan ke depan
(2) Membantu mereka menemukan masalah
(3) Membantu mereka memperoleh pengetahuan/informasi guna memecahkan masalah
(4) Membantu mereka mengambil keputusan, dan
(5) Membantu mereka menghitung besarnya risiko atas keputusan yang diambilnya.
Keberhasilan penyuluhan pertanian dapat dilihat dengan indikator banyaknya petani, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian yang mampu mengelola dan menggerakkan usahanya secara mandiri, ketahanan pangan yang tangguh, tumbuhnya usaha pertanian skala rumah tangga sampai menengah berbasis komoditi unggulan di desa. Selanjutnya usaha tersebut diharapkan dapat berkembang mencapai skala ekonomis. Semua itu berkorelasi pada keberhasilan perbaikan ekonomi masyarakat, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, lebih dari itu akan bermuara pada peningkatan pendapatan daerah.
Ke depan arah pembangunan, menuju pada industrialisasi di bidang pertanian melalui pengembangan agribisnis yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Hal ini akan bisa diwujudkan dengan lebih dahulu menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, terutama masyarakat pertanian, sehingga kesinambungan dan ketangguhan petani dalam pembangunan pertanian bukan saja diukur dari kemampuan petani dalam memanage usahanya sendiri, tetapi juga ketangguhan dan kemampuan petani dalam mengelola sumberdaya alam secara rasional dan efisien, berpengetahuan, terampil, cakap dalam membaca peluang pasar dan mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dunia khususnya perubahan dalam pembangunan pertanian. Di sinilah pentingnya penyuluhan pertanian untuk membangun dan menghasilkan SDM yang berkualitas.
Upaya mencapai itu semua diperlukan penyelenggaraan penyuluhan pertanian yang baik, selanjutnya dibutuhkan kelembagaan, ketenagaan yang kompeten, mekanisme dan tata kerja yang jelas termasuk supervisi, monitoring dan evaluasi yang efektif dan pembiayaan yang memadai. UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) sebagai wujud revitalisasi penyuluhan pertanian, telah mengatur penyelenggaraan penyuluhan yang baik. Untuk implementasi UU SP3K tersebut menghendaki kearifan lokal dari otonomi daerah.
Ke depan peran penyuluhan pertanian diposisikan pada posisi yang strategis di mana kelembagaan penyuluhan pertanian berada dan dapat berhubungan langsung dengan bupati, sehingga penyelenggaraan penyuluhan pertanian betul-betul terkoordinir dan bisa berjalan efektif dan efisien.
Semangat usaha yang cenderung menurun akibat dihadapkan pada nilai jual produk yang belum menguntungkan, dan choise dengan produk komoditi usaha tani yang lain yang lebih menguntungkan.
Untuk membangun itu semua, penyuluhan pertanian memegang peranan yang cukup strategis. Agar penyuluhan pertanian dapat berjalan efektif dan efisien, UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (SP3K) yang mengatur penyelenggaraan penyuluhan, hendaknya dapat diimplementasikan, tentunya menghendaki adanya kearifan lokal dari otonomi daerah. Namun hal yang cukup fundamental, mentalitas petani sebagai pelaku usaha tani padi perlu diperhatikan. Semangat usaha yang cenderung menurun akibat dihadapkan pada nilai jual produk yang belum menguntungkan, dan choise dengan produk komoditi usaha tani lain yang lebih menguntungkan. Karena itu petani perlu mendapatkan inspirasi yang selalu up to date agar tumbuh motivasi dan gairah usaha dengan konsistensi dan komitmen yang tinggi untuk maju demi peningkatan kualitas SDM pertanian di Indonesia.

FUNGSI, TUGAS PENYULUHAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN KE DEPAN
Mewujudkan tujuan pembangunan pertanian memerlukan tiga fungsi yaitu fungsi pengaturan dan pelayanan oleh Dinas, fungsi penyuluhan serta fungsi penelitian. Ketiga fungsi tersebut kedudukannya sepadan dalam melaksanakan pembangunan pertanian. Pertanian di Indonesia, B dicirikan oleh penguasaan lahan relatif sempit, sumber daya petaninya relatif rendah dan beban sektor pertanian dalam menunjang perekonomian relatif berat sehingga permasalahan pembangunan pertanian menjadi semakin kompleks.Fakta empiris di negara-negara maju menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat sangat ditentukan oleh modal manusia, sosial dari pada modal sumber daya alam. Dalam mewujudkan tujuan pembangunan pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani maka kedudukan fungsi penyuluhan pertanian sangat strategis karena perannya dalam meningkatkan modal manusia pertanian dan modal sosial. Dalam era revolusi triple”T” yaitu telekomunikasi, transportasi, dan tourisme yang terus berjalan, berdampak pada perubahan perilaku masyarakat pedesaan. Puspadi (2002) menemukan munculnya gejala-gejala perubahan budaya dan perilaku para petani.

Gejala Perubahan budaya dan perilaku petani
Dari Ke arah
Menerima dan mengimplementasikan ideologi ” fundamentalisme agraris” Mempertanyakan ideologi ” fundamentalisme agraris” dan menuntut simbul-simbul kehidupan perkotaan dan orang kota
Sistem nilai absolut relatif kuat Munculnya sistem nilai relatif
Menerima kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian tanpa syarat Mengkritisi secara rasional dan komersial kebijakan-kebijakan pembangunan pertanian
Otoritas pengambilan keputusan individu dalam usaha tani relatif rendah Otoritas pengambilan keputusan individu dalam usaha tani relatif kuat
Relatif sebagai konsumen teknologi dan informasi pertanian Relatif sebagai produsen teknologi dan informasi pertanian
Perencanaan usaha tani relatif dipengaruhi musim Perencanaan usaha tani relatif dipengaruhi pasar
Penerima perencanaan usaha tani Perencana, pensintesa dan pemecah masalah
Keputusan usaha tani dipengaruhi oleh pengamanan tingkat subsistensi Keputusan usaha tani dipengaruhi oleh tingkat keuntungan dan kecepatan memberikan pendapatan

KESIMPULAN DAN SARAN
Beberapa kelemahan teknologi pertanian salah satunya adalah meredupnya peran penyuluh pertanian. Penyuluh Pertanian sebagai suatu proses belajar yang secara formal fleksibel diyakini merupakan pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kualitas SDM pertanian di Indonesia, terutama dalam mengadopsi teknologi usha tani.
Penyuluh Pertanian pernah berhasil ketika dimulai Program Bimbingan Massal (BIMAS) dengan memasyarakatkan teknologi intensifikasi petanian yang mencapai puncaknya pada 1994 ketika kita berswasembada beras. Keberhasilan tersebut merupakan prestasi tertinggi dunia penyuluhan di indonesia. Kini setelah dua dekade petani kita masih miskin, gurem dan jauh dari sejahtera.Dari kondisi ini sudah sepatutnya muncul semangat bahwa upaya penyuluhan pertanian juga dapat mengubah wajah SDM pertanian di Indonesia saat ini dan kedepan.
Karena itu, slah satu kuncinya adalah harus terjadi revolusi dalam dunis peyuluhan di Indonesia. Para Penyuluh Pertanian masa depan harus mampu mengantisipasi perubahan IPTEK pertanian, dengan kapasitas dan kapabilitas memadai. Maka proses transfer pengetahuan dan keterampilan materi penyuluhan (komunikasi penyuluhan) dapat diselenggarakan denagn lebih baik. Dengan demikian, penyuluh dapat membuat materi yang selalu baru dan pragmatis.

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pertanian. 2008. Pedoman Umum Pelaksanaan Penyuluhan. Jakarta. Pusbangluhtan,Departemen Pertanian .

Hadiat,Aat. 2004. Dinamika Penyuluh Pertanian . Bandung Jurnal Pertanian
Ruswandi, Agus. Rustiadi, Ernan. Mudjikdjo, Kuswardhono.2007. Dampak Konversi Lahan Pertanian Terhadap Kesejahteraan Petani Dan Perkembangan Wilayah : Studi Kasus di Daerah Bandung Utara . Jurnal Agro Ekonomi, Vol 25, No 2, 207 – 219.
Tohir Winarno,1997. Modernisasi Sistem Agribisnis Menuju Visi 2030 . Tani Merdeka Vol IV Tahun 2007.
Djafar Onny Hafsah,. Perembpuan dalam Pembanguan Pertanian . Tani Merdeka Vol VI Tahun 2008.

Rabu, 17 Februari 2010

Rumah Idaman

Rumah layaknya istana, sehingga perlu dibuat rumah senyaman mungkin agar hati menjadi sejuk dan nyaman sengan demikian kita perlu mendesain interior modern. Rahasia desain (interior) rumah idaman yang modern, cantik menawan, bukan pada harga. Bukan pada mahalnya bahan.
Tips dan triks rahasia mendesain interior rumah, pertama dan terutama adalah mendesainlah dengan cinta, dengan hati. Kalau Anda mencintai diri Anda, anda akan mendesain rumah untuk kebahagian Anda. Kalau Anda mencintai keluarga dan teman-teman, Anda akan menciptakn desain rumah untuk kebahagian mereka.
Langkah berikut dari hati dan cinta adalah syukur. Rasa syukur dan terimakasih atas ruang/rumah yang boleh Anda tempati adalah fondasi di bawah fondasi rumah. Fondasi yang mengalasi ruang untuk Anda berbagi hati. Untuk anggota keluarga. Untuk setiap tamu yang datang.
Aspek terakhir dari hati dan cinta adalah kegembiraan. Rumah didesain sebagai sarana mendapatkan kegembiraan, ketenangan dan kedamaian. Bukan prestis, bukan untuk pamer, bukan gengsi. Ringkasnya, rumah didesain sebagai ungkapan syukur, dan didekorasi untuk kegembiraan dan kebahagiaan anggota keluarga.
Tips praktis desain interior rumah dengan hati, dengan cinta:
Pertama: Jangan memenuhi rumah dengan banyak dekorasi. ”Asesories” paling penting di rumah adalah Anda, Keluarga Anda dan teman-teman. Pilihlah furniture berkuaitas yang mendukung rasa nyaman, fungsional, keindahan dan aspek emosional yang hendak dibangun. Gambar di bawah adalah contoh desain interior modern.

Kedua: Ciptakan ruang yang mendukung Anda sebagai mahluk emosional sekaligus produktif. Tentukan aktivitas dalam ruang dan pilihlah detail-detail yang mendukung. Misalnya, warna abu-abu yang lembut untuk ruang kerja/belajar akan mendukung proses kreatif dalam menulis.
Ketiga Berikan rasa hormat pada keluarga besar Anda. Berikan sebuah sudut rumah dengan detail desain yang menunjukkan ikatan Anda pada tradisi.
Keempat, Bawalah ”alam” ke dalam rumah. Orang pada umumnya mempunyai naluri berhubungan dengan alam. Tanaman segar, yang dapat dinikmati di/dari dalam rumah akan menciptakan kesegaran.
Kelima, Tambahkankan sentuhan personal dan kreativitas Anda. Foto hasil jepretan Anda. Hasil lukisan Anda. Pokoknya apa saja hasil kreativitas desain Anda.
Salam 

Senin, 15 Februari 2010

Sei Wampu


Mendaki gunung atau lebih sering dikenal dengan ‘hiking’ kedengarannya memang kegiatan yang cukup ekstrim, apalagi bagi seorang cewek seperti saya, bermodal postur tubuh relatif kurus, stamina juga pas-pasan karena jarang sekali mengikuti kegiatan alam sebelumnya.

Lima tahun yang lalu sewaktu masih duduk di bangku sekolah SMA, ada ajakan dari salah seorang guru untuk hiking ke Gunung Sibayak. Entah kenapa, tidak terbayang sama sekali di benak akan bahaya dan besarnya resiko mendaki gunung, malahan yang tersirat dalam pikiran saat itu hanyalah rasa penasaran akan seberapa serunya tantangan yang bakal dihadapi dan kepuasan sewaktu berhasil menginjakkan kaki di puncaknya. Saat itu juga dan dengan begitu semangatnya, saya memutuskan HARUS dan WAJIB ikut.

Gunung Sibayak yang menjadi target pendakian perdana ini terletak di dataran tinggi Karo, Sumut, berlokasi tidak jauh dari kota wisata Berastagi. Dari 3 alternatif rute perjalanan yang ditawarkan, tim beranggotakan sekitar 30an orang memilih jalur resmi pendakian yang tercepat dan terdekat, yakni melalui jejak pendakian Desa Semangat Gunung, tepatnya di pemandian air panas yang cukup terkenal, Lau Sidebuk-debuk.

Menurut informasi, memakan waktu kurang lebih 3 jam untuk mencapai puncak gunung Sibayak yang memiliki ketinggian 2.094m dpl. Timbul inisiatif untuk mulai mendaki satu jam lebih awal, yakni sekitar pukul 01.00 dini hari. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi lama perjalanan yang mungkin bisa lebih panjang dari biasanya, mengingat banyak di antara kami yang masih pemula. Lagian, saya yakin tidak ada yang rela melewatkan momen saat matahari pagi mulai memancarkan sinar kehidupan di muka bumi dan seakan keluar dari persembunyiannya di ufuk sebelah timur.

Setelah berdoa agar senantiasa diberkati keselamatan, semua anggota mulai melangkahkan kaki dengan segala perlengkapan memenuhi tas ransel, termasuk minuman dan bekal makanan praktis. Sarung tangan dan jaket tak ketinggalan untuk mengantisipasi suhu pegunungan yang bisa mencapai 15 derajat celcius. Dan tak kalah pentingnya, persediaan cadangan baterai harus cukup, sebab kami hanya mengandalkan sinar senter untuk menerangi jalan setapak di tengah gelap gulitanya malam.

Awal pendakian masih boleh dibilang mudah. Hanya berjalan di aspal biasa. Jalan setapak yang ditemui juga masih sangat jelas. Tidak begitu banyak rintangan yang dilalui. Sempat juga berpapasan dengan beberapa rombongan pendaki lokal lainnya. Dalam hatiku bergumam, “Ehmm, rupanya ada juga ya segelintir manusia berjiwa seperti kita-kita ini, yang mau melewatkan indahnya malam minggu di alam terbuka. Haha..”.

Setelah satu jam perjalanan, saya mulai menemukan arti pendakian sesungguhnya. Makin ditempuh, jalurnya semakin menaik saja dan hal itu membuat kami terpaksa berjalan sedikit membungkuk meniru gaya ‘Pithecanthropus Erectus’. Belum lagi, tenggorokan mulai terasa kering akibat energi terkuras habis, dan parahnya lagi harus menghemat air minum. Capeknya pendakian membuat nafas pun terengah-engah seraya berjalan setapak. Beberapa di antara kami yang kurang terbiasa sering sekali meminta waktu untuk istirahat. Sampai-sampai, ketua kami berkata sambil bercanda, ”Ayo semangat donk, masa baru berjalan kurang dari 10 menit, sudah minta istirahat 5 menit. Kapan sampainya ini?”

Belum dari setengah perjalanan, ada yang sudah mengeluh kaki tidak kuat, bahu terasa pegal, keringat pun mulai bercucuran membasahi baju yang tadinya kering. Terus terang, saya juga merasakan hal yang sama seperti mereka, ditambah rasa ngantuk yang susah diajak kompromi lantaran hembusan angin gunung, membuat mata tersayup sayup. (terbayang kasur di rumah yang nyaman dan empuk)

Ketua tim mengingatkan untuk saling menjaga dan membantu. Di depan, jalan setapak yang lebih sempit dipinggiri jurang sedang menanti kedatangan para pendaki. Mulai jarang tampak tumbuhan atau pepohonan. Belum lagi tanah yang lumayan becek dan licin, karena bekas hujan kemarin, makin menuntut tingkat kewaspadaan yang tinggi. (habislah sneakers baruku). Akan banyak daerah berkerikil dan harus melewati batu-batu besar yang tak kompak. Oleh karena itu, tim diharapkan jangan sampai lengah dan tetap solid.

Satu jam terakhir, saya benar-benar merasakan kesulitan dan nyaris saja menyerah. Bagaimana tidak? Berawal semangat luar biasa, sekarang seakan tidak berdaya untuk berkomentar apa-apa. Perut sudah keroncongan, dahaga haus, kaki dan tenaga sudah dioperasikan bak mesin, tapi gak sampai-sampai juga. Ternyata bukan hanya sekedar kesiapan fisik, mental pun sekaligus diuji dalam melewati tantangan kali ini. Saya mengingatkan diri sendiri untuk tetap fokus dan berusaha tidak menyerah begitu saja pada keadaan.

Di tengah proses survival, tidak tahu maksud pertanyaan mengejek atau menyindir, tiba-tiba ada salah seorang guru bahasa inggris melemparkan pertanyaan padaku,”So, how is it? What do you think so far?”

Keluar dari mulutku jawaban seperti ini, “This is the FIRST and will be the LAST time I come and step my foot here.”

Dia hanya tertawa mendengar responsku tadi sambil membalas, “Dulu, reaksi saya juga sama seperti kamu, but now you see, I am back here for the third times.. So, let’s see how thing goes to you...”

Tidak ada energi lagi untuk merangsang saraf otak dan mencerna maksud dari kata-kata dia. Perjalanan dilanjutkan sebab tinggal sedikit lagi mencapai puncak. Akhirnya kami berhasil melewati semua rintangan dan tiba di puncak sekitar pukul 5 pagi. Sungguh lega rasanya! Sambil melepas lelah seusai mendaki, kami hanya duduk beralaskan batu. Dinginnya udara yang menusuk ke tulang tak tanggung-tanggung membuat gigi pun bergetar. Untungnya, ditemani api unggun yang sedikit banyak memberi uap kehangatan. Berada di puncak, beban dan kepenatan hidup seakan dititipkan sementara ke sudut lain. Selain bisa menikmati keindahan dan keheningan kota Medan dari kejauhan dengan lampu-lampu malamnya, jarak pemisah antara bumi dan langit seakan begitu pendek sebab bisa menyaksikan dengan jelas kerlapnya sinar ratusan bintang yang bertabur di angkasa. Terdengar alunan musik gitar dan nyanyian santai. Sungguh suasana alam yang berbeda!

Langit cukup bersahabat saat itu, tampak cerah diikuti panorama matahari yang siap menyemburkan sinar di sela-sela awan. Sekejap, tiba-tiba rasa lelah dan ngantuk yang sudah tertumpuk tadi berubah wujud menjadi kesan Takjub dan Kagum! Ini pengalaman pertama saya melihat sunrise yang begitu indah. “Kamera? Kamera mana?” sahut salah seorang teman.

Itu belum seberapa, setelah langit terang, tampak lagi atraksi alam lain berupa kawah gunung sibayak yang menawarkan pesona yang tak kalah uniknya. Dari atas, terlihat tulisan huruf atau goresan dari susunan batu-batu kecil di danau kawah seluas 200m x 200m yang airnya sudah mengering. Pantas saja daritadi malam, tercium hembusan angin belerang, rupanya di daerah tersebut terdapat solfatara penghasil belerang. Banyak anggota kami yang diliputi rasa ingin tahu bergegas mendekati dan turun ke kawah itu. Terdengar suara mesin juga, karena dijadikan lokasi pembangkit listrik dari uap panas bumi dan menghasilkan energi yang bersih lingkungan serta dipastikan bebas radioaktif. Ada pancuran air belerang di tanah yang suhunya melebihi 100 derajat celcius. Di daerah sekitar, dipenuhi batu-batu yang ukurannya BESAR sekali. Kami berlomba memanjat tinggi ke batu-batu besar yang menggumpalkan asap sulfur ke atas, untuk dijadikan objek atau latar foto yang keren.

Puas menikmati pemandangan alam yang di luar dugaan saya ini, saatnya perut minta jatah. Dengan modal kompor gas mini, terlihat antrian memasak air untuk menyeduh popmie dan kopi. Sambil makan dan mengobrol, kami saling bercerita soal suka duka pendakian dari awal hingga akhir. Eitts, jangan salah, ini belum berakhir lo, melainkan hanya setengahnya saja. Masih ada pendakian turun gunung. Yaah benar, perlu menyisakan cadangan energi untuk perjalanan pulang.

Masih ingatkah anda akan statement sebelumnya bahwa saya tidak akan pernah mau kembali ke gunung ini lagi? Hmm, dengan sedikit malu, terpaksa menelan ludah sendiri deh. Agak susah menjelaskan alasannya dengan kata-kata. Yang penting, ada sesuatu (misteri alam, barang kali) setelah pendakian pertama, yang membuat saya ingin melakukan pendakian yang kedua, ketiga dan seterusnya.

Setelah bergabung dengan The Green Family Adventures, ada tempat untuk menyalurkan hobi/ kesenangan seru ini dengan mengulang kembali petualangan ke Gunung Sibayak, Gunung Sinabung yang jauh-jauh lebih ekstrim dan juga berkesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan bernuansa alam seperti menelusuri goa, rafting (berarung jeram di sungai), dan lain-lain.

Tetap Semangat!