Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Jumat, 17 Agustus 2012

MENJAGA EKSISTENSI IBADAH RAMADHAN


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (Al-Baqarah 183).

Ayat diatas menyerukan kepada orang-orang yang beriman agar menjalankan ibadah puasa. Dalam ayat ini juga diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa,  sehingga tak masalah orang yang tidak melakukannya jika dia tidak merasa beriman kepada Allah, karena ayat diatas menyeru kepada orang beriman saja. Pada  akhir ayat juga dijelaskan bahwa jika ingin keutamaan ibadah serta ingin  mencapai derajat taqwa maka lakukanlah puasa.
Momentum ramadhan merupakan bulan dimana kesempatan melipatgandakan perbuatan baik itu terbuka lebar. Akan tetapi ketaqwaan dalam momentum bulan puasa bersifat paradoks, dimana ketaqwaan sering diidentikan dengan sekedar rajin menjalankan ritual agama, seperti rajin tahajud, rajin shalat dhuha, rajin i’tikaf di mesjid, sering menghatamkan Al-Qur,an dan lain sejenisnya. Sayangnya transformasi nilai - nilai luhur ke dalam sikap dan perilaku kurang diperhatikan. Kita sangat bersyukur dengan datangnya bulan ramadhan, semarak tadarus bersahut-sahutan, penyisiran tempat maksiat dan tempat mabuk-mabukan marak dilakukan.  Momentum apa yang dilakukan oleh umat muslim saat ini sangat menggembirakan, sebab rajin menjalankan ibadah baik wajib maupun sunah adalah penting dan mutlak.  Namun menurut hemat saya akan lebih baik lagi, bagaimana umat Islam dapat menangkap makna di balik semua ibadah tersebut serta mampu ber-mujahadah mengaktualisasikan dalam kehidupan sosial.
Umat Islam diantaranya sering kehilangan identitas puasanya, dimana lapar dan haus ditahan, hawa nafsu jalan terus, hal itu adalah salah satu bentuk ketidakmampuan dalam mentransformasikan makna puasa kedalam sikap dan perilaku yang diharapkan oleh tujuan puasa itu sendiri.  Ketidak mampuan itu tercermin dari bagaimana ketika kita bertindak serta berperilaku di luar batas kewajaran yang sepantasnya dilakukan, tengok saja bagaimana kita berakhlak makan dan minum setelah menjalankan puasa seharian penuh. Beberapa waktu yang lalu saya membaca di media massa bahwa permintaan bahan pokok dan lauk pauk selama bulan puasa meningkat tajam, import gula melambung. Padahal sepatutnya ketika ramadhan tiba kita harus siap menahan dari serangan nafsu yang menggempur dari segala sudut. Kalau melihat data yang diungkapkan media tentang meningkatnya kebutuhan bahan pokok tersebut, jelas kita telah kehilangan makna dalam menjalankan puasa, sebab tujuan puasa adalah mendidik agar seluruh jasmani dan rohani  terdidik, tapi ujungnya ternyata terjebak kedalam sifat boros yang merupakan perbuatan yang dilakukan oleh syaitan. Keteraturan dalam berakhlak sosialpun demikian, sebagai contoh bagaimana kita mengantre di loket, bagaimana kita berakhlak di jalan raya, tentunya makna puasa yang sesungguhnya belum dijalankan. Kalau melihat tujuan puasa sesungguhnya kita belum mampu mentranspormasikan hikmah puasa ke dalam kehidupan sosial yang sebenarnya. Selayaknya perbuatan yang ketika ramadhan dilakukan harus tetap terjaga walaupun selesai ibadah puasa untuk mencapai derajat taqwa. 
Dalam catatan sejarah Umar bin Khatab, ada seorang sahabat namanya Ubay bin Ka’ab, mengungkapkan bahwa hakikat taqwa  adalah berusaha menghilangkan kejahatan di ranah publik secara intens, sistematis dan berkelanjutan. Hal tersebut cukup menjelaskan bagaimana seorang muslim seharusnya bertindak dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Kejahatan dimaksud bukan hanya kejahatan kriminal seperti apa yang kita bayangkan. Akan tetapi kejahatan yang kita lakukan bisa berbentuk kejahatan terhadap diri sendiri, keluarga, tetangga, masyarakat dan lingkungannya. Kejahatan terhadap diri sendiri tentunya perbuatan-perbuatan yang tercela yang merugikan diri kita sendiri seperti mencela, memfitnah, mengadudomba, kikir, sombong, tidak berkata jujur dan lain-lain. Begitupun kejahatan terhadap keluarga serta tetangga diantaranya perbuatan-perbuatan yang dapat mengganggu baik fisik maupun non fisik (mental, spiritual), yang dilakukan terhadap sanak keluarga dan tetangga. Dalam sebuah hadist dikatakan “ Sesungguhnya antara seorang muslim dan muslim yang lainnya adalah ibarat satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh sakit maka tubuh yang lainnyapun akan merasakannya”, maka cukup jelas bagaimana kita bersikap dan bertindak terhadap sesama muslim, terlebih keluarga dan tetangga. Kejahatan yang harus dihindarkan juga adalah kejahatan terhadap masyarakat karena kejahatan ini menyangkut kejahatan terhadap masyarakat luas dan kemaslahatan umat, kita cukup prihatin dengan kejadian yang diberitakan oleh media cetak dan elektronik menyangkut kasus korupsi ataupun dugaan korupsi yang merugikan orang banyak justru semakin bermunculan di bulan puasa, walaupun bisa jadi oknum yang melakukan perbuatan  itu sedang menjalankan ibadah puasa. Memang hal tersebut bukan menjadi satu-satunya indikator keberhasilan ibadah puasa, akan tetapi sudah dapat dijadikan salah satu indikator berhasil atau tidaknya kita mentransformasikan makna puasa  ke dalam kehidupan sosial yang sesungguhnya.
Seperti telah kita ketahui begitu mulianya bulan Ramadhon, sampai-sampai  Alloh menjanjikan kepada ahli sya’um akan diganjar masuk sorga melalui pintu yang khusus yaitu pinti Ro’yan. Ibadah dilipatgandakan baik sunah maupun wajib. Selain dilipat gandakan seluruh amalan, Alloh memberikan keistimewaan salah satu malam di bulan ramadhan yaitu malam lailatul qadar,  dimana amal ibadah kita dilipat gandakan menjadi 80 tahun nilai ibadah. Sungguh suatu kesempatan serta keberuntungan yang tidak semua orang bisa mendapatkannya. Kita harus terus berharap dan terus berusaha untuk mendapatannya guna mencapai derajat muttaqin. Mengutip syair Abunawas “Aku tidak layak masuk sorga tapi tak sudi masuk neraka”, begitupun halnya dengan Lailatul Qadar, “ Kita tidak pantas mendapatkannya namun tak mau menjadi orang merugi”. Lailatul Qadar adalah hal yang penting kita raih namun yang tak kalah pentingnya adalah kita masih dapat memelihara eksistensi ibadah bulan ramadhan ke ranah kehidupan sosial selepas bulan ramadhan. Sehingga mampu mentransformasikan bulan ramadhan serta mampu terus merubah, dan pandai memelihara sikap dan perilaku  yang baik guna mencapai derajat muttaqien.

NILAI-NILAI DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA


Oleh : Dadang Rusnandar

ABSTRAK

Aparatur sering dipahami sebagai majikan, pimpinan, pengelola, serta penentu kebijakan dengan tanpa campur tangan pihak lain. Padahal seyogyanya aparatur adalah sebagai pelayan, pengayom, penyumbang tenaga serta pikiran bagi kebaikan organisasi dan kejayaan bangsa, memiliki  kerja secara kolektif dengan menghasilkan tujuan organisasi yang diinginkan. Dalam pelaksanaan guna pencapaian tujuan organisasi  tersebut serta demi pembangunan negara maka perlu  jiwa dan tindak-tanduk aparatur yang disesuaikan dengan hukum dengan dilandasi  perundangan yang berlaku serta diikat oleh nilai dan moral yang dimiliki oleh aparatur itu sendiri. Hal yang perlu dilakukan dan diupayakan adalah  teraplikasinya  nilai-nilai budaya serta perilaku aparatur yang baik.

Kata Kunci : Aparatur, nilai-nilai dasar budaya kerja, perilaku aparatur


I. Pendahuluan
a.   Latar Belakang

Jika diamati dengan seksama, persoalan yang menjadikan aparatur negara kurang amanah salah satunya disebabkan oleh terabaikannya faktor moral dan etika. Konsentrasi aparatur negara lebih banyak bernuansa materi, faktor rohani sangat jarang menjadi perhatian begitu juga dengan faktor moral. Menurut Vonita (2010), untuk membangun negara yang baik maka terlebih dahulu membangun peradaban manusia yang baik, hal ini dapat terwujud dengan membangun individu-individu yang akan membentuk masyarakat itu sendiri. Sebab individu merupakan pondasi dari masyarakat. Tanpa memperhatikan hal tersebut, peradaban yang baik sesuai dengan tujuan bangsa kita tidak akan terwujud. Permasalahan yang mendasar adalah ketika menemui aparatur yang kurang baik, maka semua sibuk mencelanya tanpa dapat memberikan solusi. Bahkan kadang bertindak naif, manakala orang lain berbuat salah, maka dengan bangga ikut-ikutan membuntuti perbuatan itu.
     Sebagai aparatur negara sangat rentan terimbas hal yang negatif (jiwa tak amanah), akan tetapi paling tidak, aparatur negara harus pandai meminimalisasi perbuatan yang kurang dipahami oleh akal sehat. Selayaknya sebagai aparatur negara perlu membuka pikiran untuk menaruh minat dan memantapkan niat untuk senantiasa berpihak kepada rakyat, hal itu diperlukan pemahaman tentang etika yang baik, pemikiran yang fundamental dan mendalam tentang kebenaran. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah etika serta fungsi aparatur dalam proses kebijakan publik, pelayanan publik, pengaturan/penataan kelembagaan, dan pembinaan. Sedangkan landasan etika dalam organisasi aparatur yaitu falsafah pancasila, konstitusi UUD 45, TAP MPR, UU pemerintahan daerah dan lain sebagainya.
    Dengan makin besarnya peran aparatur dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara maka aparatur adalah sebagai agen pembaharu, pelayan dan pemberdaya masyarakat. Untuk menunjang keberpihakan terhadap masyarakat, maka aparatur harus mampu merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan yang berfungsi sebagai motivator dan fasilitator guna tercapainya swakarsa dan swadaya masyarakat termasuk berusaha meningkatkan kinerja serta bersikap dan perilaku.
       Untuk menjadi aparatur yang bersikap serta berperilaku yang baik tentunya perlu menanamkan nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara, diantaranya mampu melakukan komunikasi dengan diri sendiri dan orang lain, mampu bersikap empati dengan meningkatkan kecerdasan spiritual disamping kecerdasan intelektual. Seorang aparatur harus mampu mengelola emosi dalam bertindak, tidak arogan serta tidak mudah menjustifikasi atau bersuudzhon terhadap atasan atau bawahan bahkan dengan masyarakatnya sekalipun.

b.   Perumusan Masalah
      Aparatur adalah abdi negara, yang keberadaannya semata-mata untuk mengabdikan dirinya  kepada negara dan bangsa serta kesejahteraan rakyat. Akan tetapi pada perkembangannya aparatur belum menunaikan kewajibannya secara  optimal, hal ini belum menjiwai hakikat pengabdian dan belum mempelajari hakikat nilai dasar pengabdian. Dengan demikian penulis terpanggil untuk menyampaikan nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara sebagai pedoman dasar bagi aparatur dalam bersikap dan berperilaku. Dalam tulisan ini penulis ingin menggali pertama, dimana letak kelemahan aparatur negara dalam kegiatan pelaksanaan tugas dan yang kedua, apa saja nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara yang semestinya dilakukan.
c.   Tujuan Penulisan
          Tulisan  yang meliputi nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara, diharapkan dapat membantu dalam memberikan acuan atau bahkan inspirasi bagi aparatur negara karena tidak semua aparatur memahami konsep serta implementasi etika serta nilai-nilai dasar budaya kerja. Selain itu tulisan ini diharapkan dapat  :
1.   Mengetahui nilai dasar budaya kerja aparatur negara serta perilaku yang berkaitan dengan budaya kerja aparatur negara dalam menjalankan tanggungjawabnya.
2. Memberikan solusi terhadap patologi budaya kerja aparatur negara, terkait Good Governance, pelayanan publik, dilihat dari sistem budaya kerja.
d.   Metode Pengkajian
      Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah melalui metode kajian pustaka yaitu melalui teori-teori yang ada kaitannya dengan tema kajian dalam tulisan ini.

II.    Landasan Teori

  Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos (tunggal) atau kebiasaan, adat, watak, perasaan, siap dan cara berfikir. Sedangkan Ta Etha (jamak) yang berarti adat istiadat. Dengan demikian etika adalah tata nilai perilaku yang dianggap baik, lazim serta patut dilakukan. Menurut Plato (427-348 SM) tujuan etika adalah menemukan aturan dan arahan agar kehidupan manusia dapat menjadi utuh dan bulat, sehingga manusia tidak hanya dapat mempertahankan hidupnya melainkan juga mencapai hidup yang bernilai.
 Selanjutnya Al Farabi (870-950) dalam Vonita (2010), menurutnya konsep moral adalah berhubungan dengan jiwa dan politik, empat jenis sifat utama yang harus menjadi perhatian untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat yaitu : keutamaan teoritis, keutamaan pemikiran, keutamaan akhlak, dan keutamaan amaliah. Selain mengutamaan keutamaan ia juga menyarankan agar bertindak tidak berlebihan karena dapat merusak jiwa dan fisik, tetapi mengambil posisi di tengah. Lebih lanjut Sondang P Siagian (2000), aparatur negara harus mampu menghadapi tantangan yang mungkin timbul baik bersifat politik, ekonomi, sosio-kultural dan teknologi.
       Berdasarkan pengertian-pengertian yang penulis jelaskan di atas , maka pembinaan mental yang dimaksud adalah usaha, tindakan, kegiatan yang dilakukan dengan berdayaguna serta berhasilguna untuk mencapai hasil yang lebih baik tentang cara berfikir dan perasaan untuk berbuat, bersikap dan melaksanakan kewajiban serta fungsinya sebagai aparatur negara.

III.  Pembahasan

       Dalam menghadapi tugas yang semakin kompleks serta kemajemukan masyarakat yang dihadapi, sebagai seorang aparatur negara harus mampu bersifat statis serta dinamis dalam mengendalikan diri. Dapat dipahami  dengan tekanan beban kerja yang berat dengan tidak diimbangi oleh upah yang layak maka dapat dibayangkan bagaimana hasil kerja yang dicapai. Secara teoritis upah akan berpengaruh terhadap hasil kerja, cara kerja, budaya kerja, akan tetapi hal tersebut bukan dijadikan alasan, apalagi berdalih jika upah yang belum dapat mensejahterakan tersebut berdampak kepada kinerja, sebab lahirnya aparatur negara hakekatnya adalah pengabdian. Ada beberapa kelemahan aparatur negara dalam mengemban tugasnya, menurut Sondang P Sagian (2000), beberapa patogoli birokrasi yang dijumpai antara lain ;
1.    Penyalahgunaan wewenang serta tanggungjawab dan pengaburan masalah serta pengalihan beban.
2.    Adanya indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme.
3.    Adanya indikasi status quo, empire bulding (membina kerajaan)
4.    Ketakutan pada perubahan, inovasi dan resiko yang diambil.
5.    Ketidak pedulian terhadap kritik dan saran dari rakyat.
6.    Takut mengambil keputusan, karena adanya indikasi kesalahan.
7.    Kurangnya kreativitas dan eksperimen dalam pembangunan
8.    Kredibilitas yang rendah, kurang visi yang imajinatif, dan misi yang mantap.
9.    Minimnya pengetahuan dan keterampilan.
       Dari semua point di atas ada beberapa sebab yang menjadi hal tersebut terjadi, tentunya sudah merupakan tanggungjawab aparatur itu sendiri baik secara individu maupun organisasi. Langkah-langah yang perlu diambil  yaitu aparatur harus mampu menterjemaahkan dan mengaplikasikan nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara.

Nilai-Nilai Dasar Budaya Kerja Aparatur Negara

          Upaya untuk senantiasa mendorong aparatur memahami kewajiban, tanggungjawab dan amanah yang diemban setelah menyatakan diri sebagai abdi negara, maka salah satu lembaga yang intens memberikan bimbingan secara resmi itu diantaranya Badan Diklat, dimana aparatur negara dibekali berbagai macam bidang ilmu agar aparatur mampu memberikan pelayanan yang prima atau excelent service bagi masyarakat secara keseluruhan. Namun hal itu tidaklah cukup hanya sebatas teoritis tanpa aplikatif, tetapi pelatihan diharapkan mampu menciptakan dirinya (individu aparat) atau organisasi memobilisasikan dirinya. Adapun Dharma dalam Sopian (2011),  menjelasan bahwa dimensi reframing dalam aplikasinya dilakukan melalui tiga unsur yaitu (1) mencapai mobilisasi (achieve mobilization), (2) menciptakan visi (create vision), (3) membangun sistem pengukuran (build a measurement system). Hal senada diungkapkan oleh Espejo,et.al (1996), mengemukakan bahwa organisasi dituntut untuk mengembangkan  kompetensi SDM yang dimiliki sehingga organisasi mampu memberikan kinerja terbaiknya serta memiliki kemampuan daya saing.
     Kompetensi aparatur negara akan meningkat jika dapat ditemukan cara yang benar didalam meningkatkan variabel kompetensi aparatur itu sendiri, hal tersebut meliputi knowledge sebagai basis yang memberikan pengaruh terhadap peningkatan pada variabel ability, skill dan altitude. Persoalan mendasar bagaimana cara yang efektif dan efesien dalam meningkatkan kompetensi aparatur negara. Hal ini dapat dijawab dengan sejauhmana aparatur dapat mengaplikasikan nilai-nilai dasar budaya kerja sebagai abdi negara.
     Nilai budaya kerja aparatur agar tercapai sikap dan perilaku yang baik dapat diperoleh dan diyakini akan memperoleh budaya kerja yang baik dan maksimal jika :
1.    Aparatur bersikap komitmen dan konsisten dalam bekerja
Seorang aparatur negara harus komitmen dan konsisten dalam mencapai visi dan misi serta tujuan organisasi. Aparatur harus mampu mengelaborasikan mind setting terhadap tujuan organisasi. Menurut Muliawati (2009) pola pikir adalah sebuah transpormasi dalam mengatasi hambatan dalam mental dan penetapan pola pikir pencapaian tujuan organisasi. Sehingga pola pikir (mind setting) sangat besar pengaruhnya dalam pengembangan budaya kerja. Hal tersebut disebabkan karena dalam pengembangan budaya kerja membutuhkan fleksibilitas berfikir. Khususnya apabila pengembangan budaya kerja berlawanan dengan apa yang dianut sebelumnya.
2.     Aparatur mempunyai wewenang dan tanggung jawab.
Wewenang dan tanggungjawab kadang sering dikesampingkan karena sering tumpang tindihnya tupoksi yang diberikan akhirnya terjadi tumpang tindih wewenang dan tanggungjawab, hal ini disebabkan karena tidak adanya kejelasan serta ketegasan dalam pemberian wewenang dan kebijakan, sehingga dapat terjadi satu tugas dikerjakan oleh dua orang atau satu bidang dikerjakan oleh dua institusi. Oleh karena itu untuk mempertajam budaya kerja aparatur yang baik, hendaknya wewenang dan tanggungjawab harus diberikan atau dikerjakan dengan jelas, tegas dan seimbang.
3.    Aparatur memiliki keikhlasan dan kejujuran dalam bekerja
Jika aparatur bersikap ikhlas dan jujur maka kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik akan  terpenuhi. Karena keikhlasan dan kejujuran akan menumbuhkan kepercayaan dan kewibawaan pemerintah serta akan tercapai indeks kepuasan publik. Hal tersebut diperkuat oleh KEPMENPAN Nomor 63 tahun 2003 tentang pedoman Umum penyelenggaraan Pelayanan Publik, bahwa indeks kepuasan masyarakat adalah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara atau pemberi pelayanan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat.
4.    Aparatur mempunyai integritas dan profesionalisme yang mumpuni
     Dalam realita empirik  bahwa pola pikir aparatur yang sudah terbentuk selama ini menunjukkan pada kecenderungan lebih mengabaikan mekanisme pelayanan publik karena selain integritas yang rendah juga tidak diimbangi oleh profesionalisme yang memadai. Oleh sebab itu maka aparatur tidak  konsisten terhadap kata dan perbuatan, hal ini disebabkan tidak memiliki integritas yang tinggi. Begitupun halnya jika profesionalisme yang dimiliki tidak sinkron dengan beban kerja yang dihadapinya, sehingga bisa jadi seorang aparatur dengan kemampuan non teknis mengerjakan pekerjaan teknis.. Padahal untuk mencapai budaya kerja yang baik hendaknya aparatur memiliki keinginan untuk konsisten dalam kata dan perbuatan serta ahli dalam bidangnya.
5.    Aparatur harus kreativitas, mempunyai kepekaan serta keteladanan
Kreativitas dan kepekaan akan melahirkan aparatur yang mampu kerja dinamis serta mendorong kearah efesien dan efetifitas. Sebagai contoh aparatur harus mampu mengejewantahkan pentingnya standar pelayanan publik, dengan demikian aparatur akan mampu melakukan pelayanan publik sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)   yang ditetapkan. Aparatur akan mampu melakukan pekerjaan dengan waktu yang tepat, biaya pelayanan sesuai dengan peraturan yang dibuat, produk pelayanan yang dikerjakan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, kompetensi petugas pemberian layanan harus tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan. Seluruh point diatas tentunya perlu pemimpin yang mampu memberikan bimbingan serta pengarahan sehingga aparatur mampu menjadi bawahan ataupun atasan yang dapat memberikan keteladanan, dengan demikian aparatur mampu mendayagunakan kemampuan potensi bawahan secara optimal.
6.    Ketepatan, kecepatan, rasionalitas, dan kecerdasan emosi
Aparatur harus mampu bekerja tepat dan cepat hal itu dimungkinkan dapat berpengaruh terhadap pelayanan kepada masyarakat, usaha tersebut didukung dengan cara terus menerus mengusahakan perubahan peran dengan cara optimalisasi standar pelayanan dengan prinsip cepat, tepat, memuaskan, transparan dan non diskriminatif dengan menerapkan prinsip-prinsip akuntabilitas, dan pertimbangan efesiensi. Sedangkan untuk mengantisipasi perubahan dinamika masyarakat yang secara variatif dan cepat maka aparatur harus mampu mengelola organisasinya agar lentur serta mudah disesuaikan searah dengan dinamika masyarakat yang dilayani. Selain teruji akuntabilitasnya, aparatur harus berfikir rasional dalam bertindak, terlebih mengelola emosi menjadi energi yang fositif dalam membangun budaya aparatur yang baik.
7.    Keteguhan, ketegasan dan keteraturan kerja
Kunci pokok ketiga aspek diatas adalah upaya bertindak disiplin dalam bertindak serta bekerja, tidak mudah terpengaruh oleh para pihak yang merugikan dirinya sendiri dan negara. Karena keteguhan dan ketegasan aparatur dalam menjalankan tugasnya sangat mempengaruhi kinerja organisasi yang ditempatinya. Dengan adanya keteguhan serta ketegasan dipastikan akan tercipta keteraturan kerja dan jika keteratur kerja sudah dapat dicapai maka jalan oraganisai akan sesuai dengan operasional prosedur yang telah dibuat dan disepakati.
8.    Dedikasi dan loyalitas
Seorang aparatur sudah disumpah untuk menjadi abdi negara yang siap menjadi insan yang patuh dan taat terhadap panji-panji yang diamanatkan dan undang-undang, Perpres, Peraturan daerah dan lain sebagainya, sehingga seorang aparatur harus punya dedikasi yang tinggi serta loyal terhadap negara dan bangsanya. Untuk membangun dedikasi serta loyalitas yang baik, seorang aparat wajib mempunyai semangat dan motivasi atau yang didorong oleh keinginan memperbaiki keadaan secara perorangan maupun organisasi , ketekunan dan kesabaran yaitu rasa yang didasarkan kepada tanggungjawab terhadap tugas yang diamanatkan, dan keadilan serta keterbukaan yaitu bertindak dan melayani masyarakat sesuai dengan keinginan masyarakat.
9.    Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi
Aparatur harus mampu menyesuaikan kerjanya dengan perkembangan zaman yang semain maju, sehingga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat mendesak dilakukan. Karena penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir akan mencerminkan profesioanal atau tidaknya seorang aparatur. Penguasaan iptek ini harus melebihi penguasaan iptek yang dikuasai masyarakat sebagai objek yang dilayani.
    
Penutup

Aparatur adalah ujung tombak negara untuk pembangunan bangsa, sehingga keberadaannya  terus dibutuhkan jika aparatur selalu melindungi, mengayomi serta menjadi motor penggerak pembangunan negara. Ada beberapa kelemahan yang harus secepatnya dilakukan guna tercapainya reformasi birokrasi yang konprehensif. Karena selama ini aparatur umumnya belum mampu bekerja optimal, hal ini diakibatkan oleh berbagai kendala diantaranya penyalahgunaan wewenang serta tanggungjawab dan pengaburan masalah serta pengalihan beban. Adanya indikasi korupsi, kolusi dan nepotisme. Adanya indikasi status quo, empire bulding (membina kerajaan), Ketakutan pada perubahan, inovasi dan resiko yang diambil. Ketidak pedulian terhadap kritik dan saran dari rakyat. Takut mengambil keputusan, karena adanya indikasi kesalahan. Kurangnya kreativitas dan eksperimen dalam pembangunan. Kredibilitas yang rendah, kurang visi yang imajinatif, dan misi yang mantap. Minimnya pengetahuan dan keterampilan.
Beberapa hal yang menurut penulis harus dilakukan adalah pelaksanaan nilai-nilai dasar budaya kerja aparatur negara yang terdiri dari :
1.    Aparatur harus bersikap komitmen dan konsisten dalam bekerja
2.    Aparatur harus mempunyai wewenang dan tanggung jawab.
3.    Aparatur memiliki keikhlasan dan kejujuran dalam bekerja
4.    Aparatur mempunyai integritas dan profesionalisme yang mumpuni
5.    Aparatur harus kreativitas, mempunyai kepekaan serta keteladanan
6.    Ketepatan, kecepatan, rasionalitas, dan kecerdasan emosi
7.    Keteguhan, ketegasan dan keteraturan kerja
8.    Dedikasi dan loyalitas
9.    Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi

Pustaka
           
Espejo,et.al (1996), Organization Transpormational and Learning A Cybernetic Approach to Management, McGraw Hill, New York.
Muliawati Lilis, Dra,MM (2009), Sinopsis : Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan berbasis
           Kompetensi
Suwartopo,Ir,MM(2009).Pendayagunaan Aparatur Negara Menuju Good Governance, 
           Bandiklatda,Lampung.
Sopian RM, SH,MM (2011), Upaya Widyaiswara Melahirkan Tenaga Aparatur Handal,Bandiklatda, 
           Lampung
Sondang P Siagian (2000),Kajian Patologi Birokrasi Pemerintah, Jakarta
Vonita, (2010). Kecerdasan Moral, Aspek Pendidikan yang Hampir Terlupakan. Bandiklatda, Lampung

           

Jumat, 13 Juli 2012

PEROKOK AKIBAT DAN DAMPAKNYA.

Merokok
Menurut litelatur yang saya baca bahwa merokok adalah hal yang buruk yang semestinya kita tinggalkan. Menurut WHO yang dikutif oleh Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan (2010) , Setiap 6,5 detik satu orang  meninggal karena rokok. Riset memperkirakan bahwa orang yang mulai merokok pada usia remaja dan terus menerus merokok selama 2 dekade atau lebih, akan meninggal 20-25 tahun lebih awal dari orang yang tidak pernah menyentuh rokok.
Selanjutnya disebutkan bahwa ada beberapa efek samping akibat merokok yang jarang dipublikasikan, diantaranya penyakit katarak, kulit keriput, hilangnya pendengaran, kanker kulit, karies, Emphysema, osteoporosada, jantung, tukak lambung, disklori jari-Jari, kanker uterus, kerusakan sperma, psoriasis, beurgeur, kanker dalan lain-lain. Hal tersebut tentunya sangat penting menghentikan kebiasaan buruk tersebut, karena keuntungan berhenti merokok dapat segera dirasakan diantaranya 6 jam sesudah berhenti merokok, denyut nadi dan tekanan darah kembali normal, 12 jam setelah berhenti merokok, karbonmonoksida (CO) meninggalkan sistem peredaran darah dan pernapasan. 1 hari setelah berhenti merokok tekanan darah lebih rendah dan kegiatan jantung lebih kuat. 1 tahun setelah berhenti merokok, resiko serangan jantung menurun sampai setengah dibandingkan dengan perokok aktif. 5-15 tahun setelah berhenti merokok resiko stroke menurun sampai tingkat bukan perokok. 10 tahun setelah berhenti merokok resiko serangan jantung menurun sampai tingkat bukan perokok jika berhenti sebelum timbul penyakit.  15 tahun setelah berhenti merokok resiko serangan jantung menurun sampai tingkat bukan perokok jika berhenti sebelum timbul penyakit. Untuk lebih efetif imbangi dengan hidup sehat, lakukan aktivitas fisik dan konsumsi gizi yang seimbang.
Selama ini perokok sangat sulit untuk keluar dari jeratan bahaya rokok, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lingkungan, kebiasaan yang sulit dilepaskan, dan yang paling memengaruhi adalah iklan yang disampaikan oleh produsen rokok yang semakin gencar serta semakin variasi dalam penyajian. Iklan yang disajikan tidak secara langsung menyentuh kepada substansi dan ditampilkan secara nyata serta diikuti dengan larangan yang ada dalam kemasannya. Akan tetapi tidak juga menyurutkan para pecandu untuk menghentikan kebiasaan buruknya, bahkan cenderung menambah daftar panjang para pecandu pemula. Baru-baru ini saya menyimak berita tentang keberanian Vietnam untuk mencegah iklan rokok, di negara yang merupakan sorga para perokok. Suatu langkah yang cukup efektif dalam memberikan perlindungan terhadap warganya. Karena iklan merupakan media yang efektif dalam menjaring para perokok untuk tetap menikmati kebiasaannya. Padahal sejatinya iklan rokok merupakan tipuan yang cukup menyesatkan bagi kita semua.
Fakta dan data serta mitos yang terbukti menyesatkan diantaranya :
Menurut pendapat perokok bahwa merokok adalah hak individu yang tidak boleh digangggu gugat. Padahal merokok adalah ketidakberdayaan melawan adiksi nikotin dan berakibat pada kesehatan. Rasa tanggunggjawab hendaknya  membuat perokok tidak membawa segala resiko gangguan kesehatan akibat rokok pada anggota keluarga yang disayanginya. Apalagi perokok pasif justru yang mengalami dampak negatif yang ditimbulkan dari asap rokok si pecandu.
Para perokok berpendapat bahwa ikan rokok tidak mencari perokok baru tapi agar perokok beralih ke produk baru. Padahal bagi para pecandu rokok, dengan atau tanpa iklan ia akan tetap mencari rokok karena tak dapat lepas dari cenkeraman rokok. Jadi sebetulnya iklan rokok lebih ditujukan mencari perokok baru, terutama anak dan remaja yang sekali terjerat akan lama jadi perokok.
Menurut sebagian orang baik perokok ataupun bukan bahwa industri rokok lebih berjasa terhadap pendapatan negara melalui cukai rokok, padahal yang membayar cukai rokok adalah konsumen atau perokok , bukan industri rokok.
Menurut para perokok bahwa industri rokok memberi sumbangan besar pada penerimaan pemerintah. Padahal sebetulnya sumbangan cukai rokok pada penerimaan negara hanya sekitar 6-7 % . Bila cukai dinaikan, penerimaan akan naik karena rokok adiktif dan harganya in-elastis, jika cukai rokok naik 10 %, volume penjualan berkurang 0.9-3 %, penerimaan cukai bertambah 29-50 triliun.
Saya pernah mendengar penuturan sarjana bidang ekonomi menurutnya  bahwa peningkatan harga rokok akan membebani penduduk miskin. Padahal sebetulnya perilaku merokoklah yang membuat orang menjadi miskin karena kecanduan dan menjadi konsumen setia. Peningkatan harga rokok akan mengurangi konsumsi rokok pada orang miskin sehingga mereka akan memanfaatkan uang mereka untuk membeli barang kebutuhan hidup mereka. Data Susenas 2006, 12 % pengeluaran keluarga miskin digunakan untuk rokok, padahal untuk daging, telur dan susu hanya 3 %.
Beberapa orang beranggapan bahwa Indonesia adalah negara pengekspor tembakau. Padahal sesungguhnya Indonesia pengimpor tembakau dari banyak negara seperti Amerika, Cina, Singapura dan lain-lain. Data Ditjen Pertanian tahun 2005 menunjukkan bahwa nilai impor tembakau lebih besar dari ekspornya, negara rugi $35 juta per tahun karenanya.
Saya tidak terlalu anti rokok akan tetapi hanya mengingatkan bahwa salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah rokok, sebab 3 dari 4 keluarga Indonesia memiliki pengeluaran untuk rokok dan belanja rokok bulanan keluarga miskin lebih banyak (12%) daripada keluarga kaya (7%). Rumah tangga miskin lebih memilih membeli rokok daripada  menyimpan uangnya untuk makanan dan minuman, membayar kontrak rumah, perbaikan rumah, listrik dan barang-barang kebutuhan, pengeluaran pendidikan dan kesehatan (data susenas 2006).
Untuk sekedar diketahui bahwa uang yang dibelanjakan untuk rokok secara nasional (2009), sebesar 97 triliun setara dengan pengeluaran pemerintah untuk :
1.    Biaya Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekitar 97 juta anak SD dan SMP.
2.    Dana BLT untuk 79 juta rumah tangga miskin satu tahun
3.    Pengadaan beras raskin untuk 330 juta rumahtangga.
4.    Program pengentasan kemiskinan, tahun 2007 sebesar 57 triliun, tahun 2008 sebesar 58  triliun, tahun 2009 sebesar 66 triliun.
Sekarang saya mengetuk hati kita semua apakah badan kita, keluarga kita, lingkungan kita, negara kita akan terus dibiarkan terpuruk dengan ulah kita sendiri. Tentunya kita semua yang akan menentukan, dan mulailah dari lingkungan kita sendiri, Wallohua’lam bishowab.


Rujukan :
__________, folder, Jangan Tertipu Iklan Rokok, Pusat Kementerian Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan.
__________, 2010, Tubuh Seorang Perokok, Pusprokes Depkes RI,Jakarta.
Anonymous, 1997, Perokok Pasif, Opini, tidak dipublikasikan.

Kamis, 14 Juni 2012

ADMINISTRASI KEUANGAN GAPOKTAN

Gapoktan merupakan Gabungan Kelompok Tani yang  pembentukannya  terdiri dari  beberapa kelompok tani  serta dibentuk atas dasar visi dan misi serta tujuan yang sama yakni mencapai kesejahteraan, walaupun dalam prakteknya usaha yang dilakukan oleh masing-masing kelompok tani berbeda. Hal ini ditunjukkan dengan perbedaan komoditi pertanian yang diusahakan oleh masing-masing kelompok.
       Dalam perkembangannya Gapoktan sedang dan akan menuju ke arah yang positif yaitu kemandirian anggota dan kelompoknya. Akan tetapi pada kenyataannya tidak sedikit Gapoktan yang  belum optimal dalam kemandiriannya. Kelemahan yang paling mencolok diantaranya ketidakpedulian kelompok terhadap ketertiban serta kemandirian dalam pengadministrasian kegiatan usahanya, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya keengganan petani dalam  mencatat dan membukukan usahanya. Selain itu sumberdaya manusia yang dimiliki hanya bersifat praktis akan tetapi mengabaikan hal teoritis padahal yang menjadi tolok ukur keberhasilan sebuah organisasi adalah ketertiban dalam pengadministrasian. Hal tersebut Penyuluh Pendamping harus terus membina anggota kelompok agar menjadikan mencatat adalah  kebiasaan petani dalam usahanya.
        Sejak tahun 2008 pemerintah melalui PNPM-Mandiri mengucurkan dana PUAP (Program Usaha Agribisnis Pedesaan) dan sampai saat ini program tersebut masih bergulir. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani serta Gapoktan itu sendiri yaitu menumbuhkan kebiasaan dalam mencatat administrasi keuangan Gapoktan. Karena keberhasilan perguliran yang dilaksanakan tidak terlepas dari keberhasil dalam pengembangan modalnya, dan salah satu faktor penilai dari keberhasilan kelompok dalam mengembangkan modal usaha adalah laporan administrasi keuangan dalam Gapoktan itu sendiri.
      Administrasi keuangan pada dasarnya merupakan catatan transaksi keuangan yang dibuat secara kronologis (menurut ukuran waktu) dan sistematis (menurut cara- cara tertentu). Dengan demikian maka pembukuan administrasi keuangan mempunyai tujuan bangaiman tersedianya informasi tentang kondisi keuangan pada saat-saat tertentu, baik untuk pengurus sendiri maupun pihak-pihak luar yang terkait dengan Pembina, instansi terkait, bank serta stakeholder lainnya.
       Administrsi keuangan merupakan hal yang banyak memberikan manfaat bagi organisasi Gapoktan itu sendiri diantaranya : sebagai alat manajemen dalam pengambilan keputusan, sebagai alat monitoring perkembangan keuangan, alat pengendali keuangan dan alat evaluasi terhadap pencapaian tujuan sasaran. Dalam perkembangannya pembukuan keuangan mempunyai peranan dan fungsi yang penting serta berfungsi sebagai :
1. Menghitung hasil usaha yang diperoleh serta menilai keberhasilan usaha berdasarkan
    kriteria tertentu.
2. Membantu mengamankan dan mengawasi harta kekayaan yang dimiliki lembaga usaha dengan menciptakan sistem dan prosedur yang dapat mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan dan pemborosan.
3. Membantu menetapkan hak masing-masing pihak yang berkepentingan dalam lembaga usaha.
4. Menetapkan batas-batas mengenai hasil usaha dan biaya serta mengukur perbedaan keduanya dengan tujuan untuk menilai efesien.
5. Memberikan informasi yang berguna bagi manajemen lembaga usaha dalam rangka penyusunan perencanaan, pengawasan dan pengambilan keputusan.
6.  Mendorong meningkatkan efesiensi dalam seluruh kegiata lembaga usaha.
       Pembukuan keuangan mempunyai berbagai macam jenis.  Pembukuan keuangan yang perlu dimiliki oleh Gabungan kelompok diantaranya :
a.  Buku kas penerimaan
b.  Buku kas pengeluaran
c.  Buku Kas
d.  Buku Bank
e.  Buku Simpanan Anggota
f.   Buku Pinjaman Anggota
g.  Kartu Simpan Pinjam Anggota
h.  Buku Inventaris
        Buku-buku tersebut diatas tentunya sangat perlu dimiliki oleh pengurus Gapoktan, hal ini akan memberikan dampak positif terhadap perkembangan kemajuan Gapoktan itu sendiri. Karena kemajuan dan keberhasilan Gapoktan bukan saja diukur oleh keberhasilan usaha yang dilakukan sehari-hari saja, akan tetapi dukungan bukti-bukti administrasi yang dimiliki oleh Gapoktan akan memengaruhi keberhasilan serta kemajuan Gapoktan itu sendiri. Oleh sebab itu pengurus Gapoktan harus memulai membuat penadministrasian kelompoknya dari hal yang paling penting berkaitan dengan kepemilikan administrasi Gapoktan tersebut.
                                        
Referensi Pendukung :
Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Petani BPSDMP, Kementerian Pertanian, Paket Pembelajaran Program PUAP, BPSDMP, Jakarta 2012

.
Anggota Gapoktan dan Penyuluh

Kamis, 02 Februari 2012

PENUTUPAN KMD DI BUMI PERKEMAHAN TELUK GELAM



Teluk Gelam,Kamis, 02 Pebruari 2012
Penutupan Kegiatan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD), berlangsung tertib dan lancar. Kegiatan yang ditutup oleh Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Ogan Komering Ilir  Drs. H.M Amin Jalalen, yang diwakili oleh Wakil Ketua Kwartir Cabang Bidang Pembinaan Anggota Pramuka Dewasa (Binawasa) H.Qomaruz Zaman,S.Pd,M.Si, kemarin (02/02/2012) di Pendopo Bumi Perkemahan Danau Teluk Gelam, Kecamatan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dalam arahanya Zaman mengutarakan pentingnya pembinaan anggota pramuka di Gugusdepannya, yakni dimulai dari pembinaan anggota Pramuka dewasa  diantaranya berbentuk kegiatan Kursus Mahir Dasar yang telah dilaksanakan sekarang imbuhnya. Pria yang sehari-hari menjabat sebagai Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten OKI ini menjelaskan  bahwa kegiatan yang dilaksanakan adalah program kerja dari Kwarcab  bidang Binawasa yang dijabatnya saat ini di kepengurusan Kwartir Cabang masa bakti 2009-2012. Zaman menambahkan bahwa kegiatan KMD ini dapat dijadikan bekal untuk para pembina dalam menjalankan tugasnya sebagai pembina di Gugusdepannya, menurutnya kedepan pembina pramuka akan menghadapi tugas yang berat dalam membentuk kepribadian dan karakter anak bangsa, sehingga pembina pramuka dituntut menjadi pembina yang berkepribadian yang baik, profesional, kreatif, inovatif serta mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya  baik oleh dia sendiri atau bagi peserta didik tukasnya. 
Sementara itu pimpinan kursus Siti Hodijah,S.Pd dalam laporannya mengatakan bahwa pelaksanaan kursus berlangsung lancar  serta menghasilkan pembina pramuka yang lulus dengan  baik dan untuk diketahui bahwa  rincian  kelulusan terdiri dari 36  lulus dengan predikat  baik, 3 orang lulus dengan predikat cukup baik dan 1 orang dinyatakan tidak lulus. Dalam pembacaan Surat Keputusan yang dibacakannya Hodijah mengungkapkan bahwa terdapat 10 lulusan KMD dengan predikat Amat Baik yang biasa disebut lulusan sepuluh terbaik yaitu masing-masing 1 orang dari,Kwarran Tulung Selapan,Kwarran Pampangan, Kwarran Jejawi, Kwarran SP. Padang, Kwarran Tanjung Lubuk, Kwarran Ped. Timur, Kwarran Lempuing Jaya, Kwarran Mesuji, dan 2 orang dari Kwarran Kayuagung.
Ketua Panitia Zuher Aliamin,S.Pd.SD, mengatakan kegiatan yang dilaksanakan tersebut merupakan sumbangsih baik secara materil dari Kwarnas dan Kwarcab serta sumbangsih moril dari segenap panitia yang terlibat untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan kursus tersebut. Dalam kesempatan itu Zuher mengucapkan terimakasih kepada seluruh panitia, pelatih serta peserta yang ikut serta mensukseskan acara KMD kali ini. Zuher juga mengatakan bahwa sampai saat ini ( acara berlangsung) masih ada panitia atau pelatih yang masih belum tertidur karena demi tugas yang diembannya, dengan demikian semoga yang telah dilakukan oleh kakak-kakak dalam kelancaran kegiatan dengan tak mengenal keluh kesah tersebut mendapat imbalan yang setimpal pungkasnya.
Acara diakhiri dengan penyerahan tanda kelulusan sementara untuk mendapatkan sertifikat setelah melaksanakan pemantapan di Gugusdepannya. Sekretaris Pimpinan Kursus Ali Wardana,S.Pd.I saat ditemui disela-sela acara berlangsung mengatakan bahwa tanda kelulusan adalah sebagai tanda bukti telah mengikuti kegiatan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) dan selanjutnya nanti setelah melaksanakan pemantapan di Gugusdepannya akan mendapatkan sertifikat KMD. Ali menegaskan bahwa pemantapan tersebut berupa pelaksanaan pembinaan di Gugusdepannya sebagai bukti melakukan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang ditugaskan oleh Tim Pelatih. Dan dalam perjalanannya nanti setiap peserta akan didampingi oleh seorang Pelatih pendamping sebagai konsultan dalam pelaksanaan RTL tersebut jelasnya.

Jumat, 27 Januari 2012

KURSUS PEMBINA PRAMUKA MAHIR TINGKAT DASAR KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

Bupati OKI (Ir H Ishak Mekki,MM) saat membuka KMD (tengah)



        Gerakan Pramuka dalam arti organisasi semenjak Kepres 238 tahun 1961 telah 50 tahun berkiprah ikut membangun karakter bangsa, untuk menggali, memperkuat, dan mempererat negara Kesatuan RI. Gerakan Pramuka harus tetap hidup seiring dengan kemajuan NKRI, demikian ungkapan Bupati OKI selaku Ketua Majelis Bimbingan Cabang Gerakan Pramuka Ogan Komering Ilir dalam sambutannya pada pembukaan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Lanjutan (KMD) hari ini 27/01/12) di Bumi Perkemahan Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir.
     Selanjutnya Ishak mengungkapkan bahwa sebagai bukti kecintaan  pemerintah terhadap kemajuan Gerakan Pramuka, maka pemerintah melalui legislatif mengeluarkan Undang-undang Gerakan Pramuka Nomor :  12  Tahun 2010, untuk dijadikan landasan hukum Gerakan Pramuka dengan harapan disamping memperkuat posisi Gerakan Pramuka, juga akan memberikan ruang seluas-luasnya bagi warga negara untuk bertanggungjawab membangun dan mengisi kebudayaan bangsa ini.
       Pembukaan yang dihadiri oleh Bupati selaku Kamabicab, para Kepala Dinas Instansi selaku anggota Mabicab,Sekretaris Kwarda beserta DKD, Ketua Ka. Kwarcab,  para Kawarran, Camat Teluk Gelam, para Pelatih Cabang, Andalan Cabang serta para pembina pramuka terdekat tersebut berlangsung hidmat. Pembukaan ditandai dengan penyerahan bendera Pratika Pelatih yang diserahkan langsung oleh ketua Mabicab kepada pimpinan kursus. Dilanjutkan dengan penyerahan peralatan kantor hibah dari Kakwarda yang diserahkan langsung Ka Kwarda yang diwakili oleh sekretaris Kwartir Daerah Sumatera Selatan H. Amriadi,S.IP,S.Pd,M.Pd.(MT).
       Sementara itu Kakwarcab melalui sekretaris Cabang Gerakan pramuka OKI, H Akhmad Macan,S.Pd, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan salah satu upaya melaksanakan program kerja pengurus Kwarcab Masa Bakti 2007-2012 , dan pelaksanaan kegiatan  ini merupakan pelaksanaan KMD untuk kesekian kalinya pada masa bakti pengurus saat ini pungkasnya.
Pembukaan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) diikuti oleh 40 peserta terdiri dari utusan dari kwarran-kwarran yang ada di Kabupaten Ogan Komering Ilir. Masing- masing Kwarran mengirimkan perwakilannya dalam upaya meningkatkan kemampuan pembina pramuka di masing-masing Kwarran. Seperti diungkapkan pimpinan kursus Siti Hodijah,S.Pd (MG), bahwa biaya kegiatan KMD ini merupakan kegiatan yang dibantu langsung oleh Kwartir Nasional dan selebihnya ditopang oleh biaya swadana Kwarcab OKI, sehingga menurutnya peserta dibatasi sebanyak 40 orang.
Dalam laporannya Hodijah mengatakan bahwa pelaksanaan Kursus ini bertujuan agar para pembina pramuka mampu mengembangkan, menggali dan mengamalkan dari hasil materi yang diterima. Hodijah juga mengungkapkan bahwa terselenggaranya kursus tidak terlepas dari bantuan baik moril maupun materil yang diberikan baik dari Kwarnas, Bupati selaku Kamabicab serta bantuan dari segenap panitia yang telah memberikan sumbangan pikiran yang menurutnya sangat bermanfaat demi kelancaran proses pembelajaran tersebut. Kepada peserta Hodijah mengharapkan agar kesempatan emas untuk mengikuti KMD ini agar dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, karena setelah pelaksaan kursus peserta diharapkan dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh di Gugusdepan masing-masing imbuhnya.
      Pembukaan Kursus Pembina Pramuka Mahir Tingkat Dasar (KMD) belangsung hidmat dan meriah. Diakhir acara para peserta langsung mengikuti materi-materi dari para pelatih. Menurut sekretaris pimpinan kursus Ali Wardana,S.Pd.I (MG)  pelaksanaan KMD tersebut dilaksanakan dari tanggal 27-03 Januari dan setiap harinya acara dimulai dari pukul 05 pagi sampai pukul 23.00., dan peserta bagi yang lulus diwajibkan untuk melaksanakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) di Gugus depannya yang ditugaskan panitia ungkapnya.
Peserta KMD saat mengikuti Upka (27/01/12)


Senin, 23 Januari 2012

KOMUNIKASI DAN MODEL ADOPSI TEKNOLOGI


Indra sebagai alat komunikasi
     Kehidupan manusia tidak terlepas dari aktivitas komunikasi, karena komunikasi dalam prosesnya merupakan bagian yang integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial masyarakat. Dari semenjak dulu komunikasi merupakan bagian yang tak terlepas dari kehidupan manusia, bahkan sejak sebelum pra sejarahpun komunikasi merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia. Contoh konkrit bagaimana manusia berkomunikasi lewat isyarat, bahasa, alat-alat menyampaikan pesan serta berbagai macam artefak yang isinya menyiratkan tentang bentuk komunikasi kepada orang lain. Baik dalam bentuk komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal kerap dilakukan. Kadang-kadang kita tak menyadari bahwa apa yang sedang kita lakukan adalah bentuk komunikasi, apalagi manusia zaman dahulu, mereka belum mengetahui bahwa sesungguhnya apa-apa yang dilakukannya zaman dulu itu merupakan bentuk-bentuk komunikasi. Dengan demikian kita perlu menelaah apa sebenarnya komunikasi  dan definisnya menurut sebagian para ahli komunikasi.
        Parwito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan  dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver).
Menurut Parwito bahwa lahirnya komunikasi didasarkan atas proses pemindahan pesan dari komunikator kepada penerima pesan sehingga diharapkan penerima pesan dapat merubah sikap, serta pengetahuannya. Dengan demikian menurut Parwito, jika perubahan itu terjadi maka proses komunikasi berjalan sesuai dengan Yang diinginkan oleh komunikator.
Tidak berbeda jauh dengan Parwito, Wilbur Schramm menyatakan komunikasi adalah sebuah pertukaran informasi dari komunikator kepada penerima pesan dengan proses informasi yang diberikan sehingga melahirkan ide atau sikap terhadap komunikator maupun penerima pesan, lebih jauh Wilbur schramm menjelaskan bahwa komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Selanjutnya W Schramm menguraikannya sebagai berikut :
Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa) Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Karena menyampaikan ide pada hakekatnya adalah sebuah komunikasi agar antara komunikator dan penerima pesan memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu (Suprapto,2006).
     Dalam pelaksanaannya komunikasi adalah sebuah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol berbentuk kata-kata, angka-angka, sehingga komunikasi akan menjelaskan, siapa, dengan saluran apa dan kepada siapa?, dengan akibat apa dan hasil apa?, seperti yang dijelaskan oleh Lasswell (1960) menurutnya komunisi akan menjelaskan (Who? Says what? In Which channel? To Whom? With what effect?.
    Terkadang kita menyadari bahwa komunikasi yang kita terapkan belum berjalan sesuai apa yang diharapkan terlebih dalam adopsi teknologi, sehingga pelaksanaannya perlu efektivitas yang jelas dimana efektivitas komunikasi adalah sejauhmana pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat  dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dalam berkomunikasi. Dengan demikian akan tercapai efesiensi komunikasi dimana tujuan-tujuan yang akan kita capai akan menghasilkan capaian-capaian yang optimum dalam berkomunikasi, dikarena komunikasi yang kita jalankan dilakukan dengan cara yang baik dan benar menurut tujuan yang kita harapkan.
       Untuk mencapai efektifitas komunikasi yang baik maka kita perlu melakukan tahapan-tahapan komunikasi yang baik  , saya akan memberi gambaran salah satu proses komunikasi dalam tahapan adopsi teknologi pada kelompok tani antara lain :
Tahap menggugah kesadaran , yaitu komunikator harus mampu menggugah penerima pesan agar tertarik oleh apa-apa yang kita sampaikan sehingga komunikator perlu menyampaikan informasi yang menarik untuk disimak, dan tidak sebaliknya yaitu memberikan informasi yang monoton dan menjenuhkan.
Tahap menaruh perhatian.,Jika komunikator berhasil memberikan informasi yang inovatif dan situasi yang cair serta membuat penerima pesan akan tergugah dan akan tertarik perhatiannya terhadap pesan yang kita berikan kepadanya.
Tahap Evaluasi, pada tahapan ini komunikator diharapkan mengevaluasi terhadap pesan  yang telah diberikan kepada penerima pesan, dan sebaliknya penerima pesan berusaha akan meninstrospeksi dirinya serta dapat mengevaluasi proses adopsi teknologi yang diberikan oleh komunikator.
Tahap mencoba, jika proses komunikasi telah berjalan dan telah disampaikan oleh komunikator serta telah dievaluasi  selanjutnya teknologi yang telah disampaikan ada baiknya untuk dicoba dilaksanakan sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Tahap adopsi, apabila seluruh proses teknologi yang telah disampaikan oleh komunikator telah berjalan sesuai dengan yang telah diharapkan maka langkah selanjutnya komunikator harus meyakinkan bahwa dirinya telah dapat menyampaikan sampai tahapan adopsi, karena hal ini merupakan bukti keberhasilan komunikasi yang disampaikan oleh komunikator terhadap petani sebagai penerima pesan. Sebab inti dari penyampaian pesan adalah perubahan sikap, perilaku dan keterampilan dari petani sebagai penerima pesan.
Seperti diuraikan diatas bahwa komunikasi adalah salah satu upaya untuk menyampaikan suatu pesan kepada orang lain agar pengetahuan, sikap dan keterampilan dari penerima pesan akan meningkat. Maka oleh sebab itu komunikasi yang efektif perlu memiliki unsur-unsur diantaranya komunikator yang handal, saluran yang baik, dan penerima pesan yang sungguh-sungguh