Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Rabu, 09 November 2011

MENUMBUHKAN RASA KEPAHLAWANAN


Foto by Ticho Zone http://www.google.co.id/imgres?q=Bung+Tomo

Sangatlah mudah, ketika kita mengungkapkan kata “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai Jasa Para pahlawannya”, tapi kalau kita mendalami makna kalimat tersebut sangatlah dalam, sebab menghormati jasa para pahlawan bukan sekedar slogan atau acara seremoni yang digelar sepanjang tahun. Kita cenderung mengagungkan kata pahlawan tanpa menghargai perjuangan yang mereka perjuangkan. Bung Tomo menegaskan dalam pidatonya bahwa semangat perjuangan yang diberikan oleh para pemuda kala itu adalah semangat untuk melenyapkan penjajahan di bumi Surabaya khususnya dan umumnya NKRI. Bung Tomo mampu membakar semangat  heroik bagi kaum pemuda kala itu. Selepas membakar semangat pemuda seantero nusantara Bung Tomo tidak lantas berdiam diri tapi langsung memimpin pasukan tanpa pantang menyerah, hal ini yang dicontohkan oleh Bung tomo, bahwa seorang pemimpin mampu menjadi suri tauladan terhadap semua orang. Bung Tomo dan para kaum muda kala itu hanya satu tekad melenyapkan penjajahan di bumi pertiwi. Dalam salah satu pesan dalam pidatonya kala itu, Bung Tomo berujar, bahwa kemerdekaan adalah harga mati, dan perjuangan kita adalah perjuangan yang diridhoi oleh Allah, “biar darah ini mengalir dan jiwa melayang, tapi perjuangan kita semua akan dikenang sepanjang masa”, bukan hanya satu angan-angan dari bung Tomo dan pemuda kala itu tapi yang terpenting adalah biar nyawa melayang tapi anak cucu senang di masa yang akan datang.
Hampir puluhan tahun sudah perjuangan yang heroik itu berbekas dalam ingatan bangsa, dan perjuangan itu telah kita nikmati dengan berbagai kebebasan berbangsa dan bernegara, serta keamanan beribadah, mencari nafkah, serta 1001 macam kebebasan lainnya  yang kita kecap. Tapi pertanyaan yang muncul sudahkan kita menghargai segala jasa-jasa mereka yang telah berhasil membebaskan bangsa ini dari belengu penjajahan. Kenyataannya adalah kita belum mampu mengakselerasi tujuan dari para pahlawan kala itu, kita cenderung mendogma bahwa kebebasan yang kita raih adalah semata-mata karena takdir dari Allah tanpa diimbangi oleh rasa syukur yang disertai dengan kerja keras melawan penjajahan laten yang kita alami saat ini. Kita belum mampu menghargai jasa para pahlawan itu dengan usaha kita untuk mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang besar yang disegani oleh-bangsa-bangsa lain di dunia. Kita masih berkutat pada tataran bangsa yang hanya mampu menghargai jasa para pahlawannya dengan upacara-upacara umum untuk mengenang tanpa berbuat banyak untuk kepentingan bangsa. Saya tidak anti terhadap pelaksanaan upacara-upacara itu, tapi sebaiknya segala upacara – upacara yang dilaksanakan tersebut, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mau menghayati makna upacara kalau lagu bagimu negeri saja lupa syairnya, bagaimana mau menghayati kalau ketika penghormtan kepada sang merah putih saja tangannya naik turun, sikapnya tidak sempurna. Sungguh dari hal yang sepele itu saja kita dapat menilai, sejauhmana bangsa ini menghargai jasa pahlawannya.
Kalau kita bertanya kepada siswa SD, SMP, atau SMA sekalipun, berapa persen yang hafal nyanyian  lagu wajib nasional, saya sempat prihatin ketika seorang publik pigur dalam salah satu tayangan di televisi tidak sanggup menyanyikan lagu wajib nasional, tetapi ketika ditanya lagu Ayu Tingting hafal 100 persen. Walaupun hal itu bukan ukuran kecintaan kita terhadap tanah air, tapi paling tidak itu adalah sebuah cerminan suatu bangsa dalam menghargai jasa pahlawannya. Saya tidak begitu heran jika orang yang ditanya itu adalah orang yang jauh dari pedalaman dan bukan kaum terpelajar.
Saya membayangkan kalau nyanyian wajib nasional saja tidak hafal, bagaimana kalau ditanya tentang nama pahlawan dan cerita perjuangannya, apalagi mau tau terhadap nasib para veteran perang yang dimasa tuanya kesepian dan tak ada yang mengiraukan apalagi menghargai perjuangannya.
Terlepas dari semua itu kita sebagai anak bangsa tak perlu menyalahkan siapa-siapa terhadap kondisi bangsa saat ini. Tapi yang perlu kita tanamkan saat ini adalah menumbuhkan jiwa kepahlawanan itu dalam diri kita masing-masing seperti yang dikobarkan bung Tomo kala itu. Kita sebagai anak bangsa wajib turut serta meneruskan cita-cita para pahlawan tersebut dengan cara bekerja keras dalam menghadapi berbagai ancaman bahaya laten yang nyata diantaranya penjajahan ekonomi, penjajahan akhlak lewat media, penjajahan korupsi dan lain-lain yang justru tantangannya lebih berat dari penjajahan kolonial saat sebelum kemerdekaan.  Peristiwa penjajahan tersebut jangan sampai terulang kembali saat ini,  dan semua itu kita harus terus berkaca terhadap perjuangan pahlawan serta terhadap sejarah yang telah terukir. Bung Karno telah mengamanatkan kepada kita, bahwa sebagai bangsa kita jangan lupa “Jas merah”.  Dan perjuangan yang akan kita hadapi  itu perlu perjuangan yang bercermin dari semangat para pahlawan ketika akan merebut kemerdekaan. Tidak ada kata pesimistis, tapi kita harus optimis bahwa bangsa ini dapat sejajar, bahkan lebih besar dari negara-negara lain di belahan dunia manapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar