Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Sabtu, 07 Januari 2012

TAHU SUMEDANG TANDANG NYANDANG KAHAYANG 1)

Tahu Sumedang (Repro Wikipedia)

Beberapa bulan yang lalu saya kedatangan sahabat lama dari Sumedang dan bercerita banyak tentang Sumedang saat ini. Walaupun tahun lalu saya sempat berkunjung ke Sumedang via Jatinangor namun paling tidak memori saya diingatkan kembali beberapa keindahan alam Sumedang dari sahabat saya itu.Selain bercerita tentang sempitnya jalan Cadas Pangeran dan pesatnya pembangunan daerah lain seperti  Situraja dan Wado sahabat saya tidak lupa menceritakan bagaimana perkembangan penjual tahu sumedang di pinggiran jalan sepanjang jalan menuju arah Sumedang-Cirebon.
Perlu diketahui bahwa tahu  merupakan peganan asli Sumedang walaupun sebenarnya cikal bakal tahu dibuat oleh WNI keturunan Tionghoa  bernama Ong Kino, konon Ong Kino merupakan penjual tahu pertama di Sumedang, Pasalnya tahu buatan Ong Kino merupakan cikal bakal tahu yang pernah dicicipi oleh Bupati Sumedang  Pangeran Aria Soeriatmaja (1883-1919). Bupati yang terkenal dengan kedalaman agamanya dan sangat dicintai rakyatnya itu berkunjung ke tempat peristirahatannya di Situraja pada tahun 1917, kebetulan Bupati kala itu singgah di rumah Ong Kino dan mencicipi tahu buatan Ong Kino dan saat itu Bupati berujar bahwa tahu buatan Ong Kino sangat enak dan layak untuk dijual, kebetulan kala itu Ong kino menjual tahu di pinggiran jalan. Dan 95 tahun kemudian do’a Bupati Sumedang itu terbukti sampai sekarang. Saat ini tahu di Sumedang sudah menjadi penyambung hidup bagi masyarakat sumedang dan sudah menjadi peganan tradisi masyarakat Sumedang dan menurut Cornelius (2011) sedikitnya 232 unit usaha tahu mempekerjakan 1500 orang dan itu belum termasuk penjaja tahu di pinggir jalan sebanyak 2000 penjaja. Diperkirakan  setiap bulan terjual tahu sebanyak 1,2 juta buah tahu dengan harga Rp.400-Rp.500 per buah.
          Hingga tahun 2011 diperkirakan sekitar 3500 orang menggantungkan hidupnya di sektor pembuatan tahu. Sedikitnya 1500 tenaga kerja dalam unit usaha pembuatan tahu dan 2000 orang lainnya berjualan tahu.Nilai investasi tahu Sumedang mencapai 1,3 miliar dengan kapasitas produksi 202 juta kilogram tahu per tahun2). Walaupun banyak produk unggulan kabupaten sumedang diantaranya ubi Cilembu, peuyeum cigendel, dan opak congeang akan tetapi tahu merupakan produk yang legenda dan menjadi unggulan. Rasanya belum berkunjung ke sumedang jika kita tidak membawa satu borongsong (wadah dari bambu) saja sehabis berkunjung ke Sumedang.
          Saya jadi teringat saudara saya yang tinggal di Tarikolot Sumedang menurutnya saat ini pengrajin tahu agak sedikit ketar-ketir dengan harga kedelai yang melonjak apalagi dalam waktu dekat pemerintah akan membangun jalan Tol Bandung- Cirebon (Tol Cisumdawu dan Bandara Kertajati), mereka (pedagang tahu) khawatir terjadi apa yang dialami oleh pengrajin tahu yang ada di Purwakarta sebab semenjak dibangun Jalan Tol Cipularang (Jakarta-Bandung), pengrajin dan penjaja tahu di pinggir jalan banyak yang gulung tikar karena kurangnya pembeli yang melewati jalan utama antara Purwakarta dan Subang. Walaupun masyarakat Sumedang menyadari bahwa pembangunan jalan Tol tersebut adalah dalam rangka meringankan kemacetan di Jatinangor dan sempitnya  serta kondisi jalan tua di Cadas Pangeran. Namun menurutnya perlu adanya antisipasi dini dari pemerintah daerah dalam menyelematkan pengrajin dan penjual tahu untuk melepaskan diri dari ancaman kebangkrutan.
    Selain tata kelola niaga tahu untuk penyelamatan pengrajin tahu kepedulian pemerintah yang sangat dinantikan adalah menekan harga beli kedele bagi pengrajin sebab selama ini dari hari ke hari perkembangan harga kedele jauh dari pantauan terlebih kedele lokal yang harganya mencapai 7.500 per kilogram. Pengrajin sangat menginginkan produk kedele lokal sebab pembuatan tahu dengan bahan kedele lokal dapat meningkatkan kualitas kekenyalan tahu dan ketahanan  tahu serta kelezatannya, lain halnya dari bahan kedelai import. Namun hal ini terpaksa mereka lakukan sebab saat ini kebutuhan kedelai untuk daerah Sumedang saja sekitar 400-500 ton per bulan dan 60 persen diantaranya diisi oleh kedelai import. Padahal untuk bahan kedelai import hanya 2-3 bulan saja dan harus segera diolah,  tidak seperti kedelai lokal yang dapat disimpan sampai 6 bulan.
      Terlepas dari semua kendala yang dihadapi tentunya selain kepedulian pemerintah daerah dalam menyelematkan perajin dan pedagang tahu, maka para perajin tahu harus berupaya menciptakan aneka dan kemasan produk yang menarik bagi komsumen. Dan semua itu telah dibuktikan oleh perajin tahu dengan menciptakan aneka produk tahu yang menarik dengan munculnya tahu bulat, tahu keju, tahu susu akhir-akhir ini, hal ini akan menciptakan gairah perdagangan tahu di Sumedang. Begitupun dengan kepedulian pemerintah kabupaten sumedang saat ini dengan merencanakan penataan area (pusat) perdagangan tahu di daerah ini. Untuk  itu saya yakini bahwa pemerintah daerah Sumedang akan terus berusaha menciptakan alternatif untuk pengembangan produksi dan produk bagi kelangsunggan perajin tahu di daerahnya. Itu tidak mustahil bukankah Bupati pendahulu (Aria Soeriatmaja) telah mencontohkan keberhasilan kabupaten Sumedang kala itu, semoga.

1)Tandang Nyandang Kahayang (Maju melangkah kedepan untuk mencapai   
   keinginan)
2) Harian Kompas 07/01/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar