Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Jumat, 06 Januari 2012

LEGENDA (SEBUAH MAKNA CERITA YANG NYARIS TERLUPA)

Malin Kundang (Legenda yang menjadi pelajaran)
         
     Ada pepatah  mengatakan, orang maju belajar dari sejarah hal itu yang tak juga membuat orang sadar bahwa sejarah hendaknya  dijadikan cermin yang baik untuk melangkah lebih jauh kedepan. Saya tidak akan berbicara mengenai sejarah, keutamaan sejarah, pengaruh sejarah, atau dampak sejarah terhadap perkembangan peradaban.  Akan tetapi yang jarang orang melihat dan mengkaji selain sejarah adalah tentang kebaikan legenda (cerita rakyat) terhadap perkembangan kepribadian generasi muda yang kian hari nyaris tidak mempunyai perhatian khusus baik dari kalangan cerpenis, budayawan, pendidik, pembaca apalagi dari kalangan pelajar. Walaupun ada budayawan yang peduli dalam pementasan cerita legenda akan tetapi para penontonnya dari kalangan budayawan itu sendiri, sehingga dampak yang dihasilkan tidak menyentuh terhadap kalangan yang sebenarnya membutuhkan informasi tentang hal tersebut (sebut saja generasi muda).
Seperti telah kita ketahui bahwa legenda adalah cerita rakyat yang dituturkan dari mulut kemulut sehingga terbentuk suatu rangkaian cerita walaupun cerita itu bisa jadi tidak diyakini keberadaannya (keabsahannya). Legenda merupakan cerita yang keberadaannya cukup tua akan tetapi ceritanya tetap relevan, moral ceritanya tetap kuat dan eksis hingga kini. Ada nilai kesetiakawanan, kepedulian terhadap saudara, ikatan persaudaraan, kejujuran, hingga kesucian cinta. Tengok saja bagaimana penuturan kisah Malin Kundang, yang ceritanya mengajarkan kepada kita begitu hebatnya do’a seorang ibu serta bagaimana balasannya jika menjadi anak yang durhaka. Adapula cerita Lutung Kasarung (Lutung tersesat) yang menceritakan bagaimana seorang putri (Purbararang) yang ditugasi untuk menggantikan sementara ayahnya Prabu Tapa Ageung akan tetapi dia  tidak mampu menjalankan amanah sang ayah karena memimpin secara otoriter serta mempunyai rasa dengki dan iri kepada adiknya (Purbasari), yang akhirnya keirian hati Purbararang itu mendapat balasan yang menyakitkan baginya. Dan sebaliknya Purbasari dengan kerendahan hati serta kesabarannya dalam menghadapi kelaliman kakanya sendiri itu mendapat kebahagiaan diujung cerita. Dan bagaimana Lutung Kasarung yang merupakan perwujudan Guruminda serta dikutuk wujudnya menjadii kera, ternyata setelah mendapatkan ketulusan cinta dari Purbasari dia menjelma kembali menjadi pangeran gagah dan hilanglah kutukan yang diberikan kepadanya.
          Dari cerita Lutung Kasarung saja kita dapat belajar bagaimana menjadi manusia yang sepatutnya agar menjadi manusia yang sabar, tidak ada perasaan iri dengki serta ketulusan hati. Masih banyak cerita-cerita serupa dan jika kita  membacanya akan membangkitkan kesadaran kita terhadap akhlak dan perilaku baik dalam kehidupan sehari-hari.  Setiap daerah mempunyai cerita rakyat yang berbeda sebut saja, Ai Nga Sorngai, Joko Kendil, Rawa Bening, Si Pahit Lidah, Sangkuriang, Rorojongrang, Dewi Sri, Asal Mula Telaga Warna dan lain-lain.
          Seluruh cerita yang saya sebutkan itu mengandung cerita yang secara tidak sadar menjadi khasanah budaya bangsa serta dapat menjadi modal  bagi kita dalam pembangunan kepribadian anak bangsa. Namun ternyata cerita legenda tersebut nyaris terlupakan baik oleh kita maupun  generasi muda apalagi kita jarang ke perpustakaan yang sering berkunjung ke perpustakaan saja tak banyak yang menyukai cerita legenda, hal ini disebabkan cerita legenda tidak ditampilkan dalam buku yang menyerupai komik atau sejenisnya sehingga tidak mampu menggugah generasi muda untuk membaca dan mempelajarinya. Anak muda (pelajar) cenderung menyukai komik-komik modern yang alur ceritanya instan. Kaum pelajar akan berlama-lama membaca serial Ultra Man, Wiro Sableng dan sejenisnya ketimbang membaca legenda yang sarat akan pelajaran berharga. Saya kurang tahu percis apa penyebabnya yang jelas buku legendapun banyak diperjual belikan, atau bahkan di televisi juga sudah sering memuat film bertema legenda walaupun alur ceritanya melenceng dari cerita yang sebenarnya dan cenderung ditambah-tambahi atau dikurangi hal itu dapat dimaklumi karena televisi hanya memikirkan profit.
Ada beberapa hal yang menyebabkan cerita legenda tidak populer di kalangan pelajar, diantaranya, pertama, kurang memopulerkan legenda terhadap anak sejak dini disebabkan telah banyaknya media gadget yang menampilkan permainan yang lebih menarik dibanding legenda, kedua buku-buku legenda yang ditampilkan isinya kurang menarik dibaca oleh kaum pelajar terutama anak-anak TK dan SD, sebab mereka cenderung menyenangi cerita yang bergambar dengan warna yang mencolok. Ketiga, Pendidik di sekolah lebih senang menceritakan cerita populer yang menampilkan cerita yang tidak dimulai dengan jerih payah perjuangan dan berakhir dengan kesenangan akan tetapi menceritakan tentang hal-hal yang instan sebagai contoh Berlibur ke TMII, Sepeda Baruku, Bertamasya ke Pantai dan sejenisnya. Cerita populer itu perlu diberikan akan tetapi ada baiknya menyelipkan cerita yang bernuasa kepahlawanan, kejujuran, kegigihan dalam perjuangan, ketulusan hati dan semua itu ada dalam cerita legenda. Keempat, Peran orang tua dalam memberikan wejangan terhadap anak dalam bentuk kisah legenda dan disampaikan sebelum tidur terutama kepada anak usia dini jarang dilakukan hal ini disebabkan   ketidaktahuan cerita legenda karena kurangnya membaca cerita legenda ,terlebih kisah nyata para pahlawan, para Nabi yang sifatnya perlu diketahui oleh anak sejak dini. Kelima orang tua tidak mampu membatasi anak usia dini ketika menonton televisi, akan tetapi cenderung mensponsori anaknya untuk mengetahui alur cerita sinetron  yang tidak jelas juntrungnya dari A sampai Z tanpa memikirkan dampaknya terhadap perkembangan perilaku anak.
 Dengan demikian selain menyampaikan kisah-kisah nyata para Nabi, syuhada, pahlawan dan sejarah yang penting disampaikan kepada anak usia dini, ada baiknya sebagai orang tua berupaya memperkaya khasanah pengetahuan kita tentang legenda dari setiap daerah. Dengan demikian selain kita mengetahui kisah-kisah legenda paling tidak kita dapat menumbuhkan rasa kecintaan genrasi muda terhadap kekayaan budaya bangsa. Lebih dari itu kita dapat mengajarkan akhlak yang baik yang termuat dalam kisah legenda tersebut, sehingga diharapkan kisah dalam legenda paling tidak dapat menanamkan nilai baik pada generasi muda sejak dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar