Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun*). bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
Hanya kepada-Kulah kembalimu.(Lukman ayat 14)
*)Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak
berumur dua tahun.
Ibu ( Sumber :cemangcemong.wordpress.com) |
Ayat
di atas menjelaskan bahwa begitu tingginya Alloh menempatkan posisi kedua orang
tua kita (terutama ibu) dan untuk berbuat kebaikan kepada keduanya,
terutama keutamaan seorang ibu yang telah mengandung dalam keadaan lemah dan
bersusah payah untuk membesarkan dan memelihara kita dalam keadaan suka dan
duka. Bahkan dengan keutamaannya itu Nabi Muhammad SAW, menempatkan seorang ibu
lebih utama dari keutamaan seorang ayah atau derajatnya tiga tingkat dibanding
ayah. Walau kenyataannya seorang anak
kadang tidak berusaha menghayati dan menghargai pengorbanan seorang ibu. Begitu
besarnya pengorbanan seorang ibu dengan tanpa pamrih, dibalas dengan perbuatan
kita yang tidak sepadan dengan perjuangannya itu. Saya sebagai seorang anak
yang jauh letak rumah dengan ibu
saya kadang tak menyesali ketika ibu
saya mengalami sakit dengan cara menyambanginya barang sebentar saja, apalagi
mau menungguinya sampai sembuh, padahal sejatinya seorang anak tidak sekedar mendo’akan di setiap sehabis
melaksanakan ibadah bahkan harus lebih daripada itu. Kita bandingkan dengan
kasih sayang seorang ibu, ketika kita mengalami sakit atau anak kita (cucunya)
lahir maka seorang ibu dengan tidak pakai pikir panjang langsung menyambangi
walaupun jaraknya sangat jauh. Atau ketika hari raya akan tiba seorang ibu
selalu menanti anaknya yang akan pulang mudik, dengan mempersiapkan segala
macam peganan untuk anaknya dengan tidak mempedulikan apakah anakya akan pulang
atau tidak. Beda dengan kita, ketika kita mengalami makan enak saja bahkan kadang tak terlintas wajah ibu kita
dan berusaha untuk mengingatnya. Hal itu
menjelaskan kepada kita begitu besar pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu
kepada seorang anaknya.
Seorang ibu dalam perjalanan hidupnya
tak banyak menuntut kepada anak-anaknya, cukup melihat anaknya sehat, terlebih
mendo’akanya,
maka hal itu baginya merupakan kebahagiaan yang melebihi menemukan gunung emas.
Selain itu kebahagiaan akan membuncah manakala mendapatkan anaknya bermanfaat
bagi dirinya, bagi orang lain serta lingkungan masyarakat. Karena menurutnya
keberhasilan itu adalah hasil perjuangannya dari mulai mengandung, melahirkan
sampai dewasa. Coba kita tengok, keberhasilan seorang anak untuk menjadi orang
besar pasti di belakangnya ada peran seorang ibu yang hebat atau jika seorang
suami yang punya prestasi yang memuncak sudah
dipastikan di belakangnya ada istri yang hebat yang mampu menjadi pendorong,
penyemangat, pemberi motivasi, serta
pemberi kebahagiaan dikala duka dan pengenap hati dikala bahagia.
Peranan seorang ibu sangat besar
artinya bagi perkembangan kemajuan bangsa, sebab hampir separuh usia yang kita
miliki adalah hasil didikan seorang ibu, walaupun kita menimba ilmu sampai
tingkat apapun tapi peran ibu dalam mendidik dari mulai akan dilahirkan sampai
dewasa jelas akan membekas dari hasil didikan itu sehingga menjadi karakter
yang kita punyai sampai saat ini. Kalau di perguruan tinggi kita diajari Ilmu
Sosial Dasar yang memiliki 2-3 SKS, jelas tidak sepadan dengan pendidikan yang
diberikan seorang ibu selama ini berkaitan dengan ilmu dimaksud. Bisa jadi kita
telah diberikan ilmu serupa tanpa kesadaran melebihi ilmu yang diberikan oleh Dosen berkaitan dengan Ilmu
itu. Yang saya sebutkan baru satu mata kuliah,kalau diruntut mulai awal kita
dilahirkan sampai masa remaja saja, berapa mata kuliah yang telah diberikan ibu
kita dengan tanpa kita sadari. Dengan demikian betapa besar peran ibu dalam
membentuk karakter manusia Indonesia.
Tanpa mengenyampingkan peran ayah
terhadap perkembangan anak, peran ibu tentunya sangat menonjol karena seorang
ibu memberikan ikatan batin yang sangat kuat dibanding ayah, walaupun ada
beberapa ayah selain single parent yang mempunyai peran ganda akan tetapi tetap
ibu merupakan sosok yang tak dapat tergantikan. Ibarat peribahasa dimakan mati
ibu tidak dimakakan mati ayah, rasanya
kalau terpaksa memilih lebih baik mati ayah daripada ditinggal ibu. Hal itu
menandakan begitu besar peran ibu dibanding ayah.
Moment hari ibu yang diukir oleh R Dewi
Sartika, dengan memperjuangkan hak-hak kesamaan gender jelas sebagai upaya agar
para ibu menunjukkan perannya agar tidak terkungkung dengan keadaan, artinya
seorang wanita tidak hanya cukup di kasur, dapur dan sumur saja tapi Dewi Sartika
dengan Keutamaan Istri-nya yang dia dirikan itu memberikan pencerahan sama
halnya dengan perjuangan RA Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita
sebelumnya, manakala wanita Indonesia terkungkung oleh distorsi pembatasan
hak-hak perempuan kala itu. Akan tetapi hasil perjuangan itu telah mendogma sebagian
wanita Indonesia menjadikan dirinya memperjuangkan atau melakukan hak-hak
emansipasi wanita itu melebihi ambang
batas yang seharusnya dilakukan. Sebuah surat kabar memberitakan bahwa KDRT selalu memberikan
gambaran bahwa KDRT selalu dilakukan oleh kaum pria, begitupun pelecehan
seksual. Padahal hal itu ada sebab akibat, dan tidak semua KDRT dilakukan oleh
laki-laki, mungkin saja banyak juga SUSIS (pinjam kata-kata Sule), akan tetapi
malu atau memalukan untuk melaporkan ke pengadilan atau komnas HAM. Jika saja
ada lembaga PKKS (Pengusut Kekerasan Kepada Suami) niscaya akan banyak juga
pengaduan yang mengalir.
Saya tidak antipati terhadap perjuangan
emansipasi yang diperjuangkan oleh para pegiat hak-hak perempuan, akan tetapi
kenapa terjadi pelecehan, KDRT dan sejenisnya saat ini, hal itu tidak terlepas
dari peran seorang ibu. Bagaimana tidak terjadi pelecehan seksual bila seorang
ibu tidak memperingatkan anaknya jika mengenakan pakaian yang mengumbar aurat,
dan bagaimana tidak terjadi KDRT jika seorang ibu tidak memberikan bekal kepada
anak-anaknya untuk pandai berumahtangga. Hal sepele saja, jika seorang suami
cape-cape bekerja seharian, sampai dirumah mendapatkan makanan yang tak
berkenan dengan lidahnya, maka akibatnya masalah di tempat bekerjanya itu akan
sampai di meja makan. Dengan demikian sejak awal peran ibu untuk mendidik
anaknya dalam hal masak saja jelas sangat dibutuhkan.
Oleh sebab itu generasi muda sekarang dan akan datang
tidak akan terlepas dari peran seorang ibu. Sehingga dari sejak dini seorang
wanita harus mampu menjelmakan dirinya menjadi ibu super, yaitu seorang ibu
yang mampu menjadi tauladan bagi anak-anaknya, menjadi gudang ilmu bagi
anak-anaknya, serta mampu menjadi ibu yang dapat mencetak kader-kader ibu-ibu
muda masa datang sehingga menjadi kekuatan besar bangsa. Kata pepatah "Pemuda
adalah tulang punggung bangsa", tapi untuk seorang ibu ada pepatah yang cocok dengan menyebut " Ibu adalah Penentu Karakter Bangsa".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar