Dua wajah yang berbeda (sumber : Kaskus.com) |
Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.
boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak Mengetahui. (Al-Baqarah:216).
Ayat
diatas menyeru kepada kita semua agar kita tetap menerima apa yang Alloh
berikan kepada kita, selain itu menyeru kepada kita agar dapat menghindari dari
pelbagai prasangka buruk terhadap Alloh. Apa yang Alloh berikan kepada kita,
sebenarnya adalah hal terbaik jika kita pandai bersyukur dan menerimanya dengan
lapang dada. Akan tetapi seringkali ketika kita mendapatkan sesuatu hal yang
tidak sependapat dengan keinginan hati nurani, maka kita beranggapan bahwa hal
itu adalah kebencian Alloh kepada kita. Kadang kita menerimanya dengan memaki
dan menyalahkan hal itu kepada Alloh. Kecerobohan itu diperparah dengan semakin
jauhnya kita kepada Alloh. Padahal sesuatu hal yang diberikan (musibah)
terhadap kita itu adalah perwujudan kasih sayang Alloh terhadap kita. Dan
sebaliknya jika kita diberikan kebahagiaan yang tiada habisnya justru itu
sangat menyulitkan posisi kita untuk
selalu mendekatkan diri kepadaNya. Sebab biasanya sifat manusia seringkali
lupa manakala diuji oleh kesenangan dan kebahagian duniawi. Dan ketika diberi
ujian yang tak mengenakkan biasanya dengan secepat kilat mengadu kepada Alloh
dengan segala senandung do’a yang membahana.
Bukan barang
mudah, manakala kita diberi ujian oleh Alloh serta berusaha untuk berbaik
sangka kepada Alloh karena keterbatasan kemampuan manusia untuk itu. Padahal
dibalik seluruh ujian yang diberikan oleh Alloh
semua ada hikmahnya. Jika kita menyenangi sesuatu dan ternyata kita
tidak memerolehnya maka sudah dipastikan ada hal buruk didalamnya jika kita
mendapatkan semuanya. Atau sebaliknya jika kita dihadapkan dengan hal-hal yang
buruk menurut anggapan kita, bisa jadi baik menurut Alloh. Akan tetapi
kenyataannya kita sering kali mensumpah-serapah bahkan kepada diri sendiri,
kepada orang lain bahkan kepada Alloh tanpa kita menyadarinya, hal ini perlu
kita hindari dengan cara terus menerus memupuk keimanan kita dan agar selalu
dekat dengan orang-orang yang mengerti akan pembangunan ruhiyah serta orang-orang
yang soleh atau sholehah.
Hal ini telah
banyak dicontohkan diantaranya kita dapat belajar dari kisah Nabi Ayub AS,
dengan ketegarannya nabi Ayub dapat menerima apa yang diujikan Alloh kepadanya,
yaitu berupa penyakit yang menyerang seluruh badannya, borok dan belatung di
sekujur tubuhnya. Maka dengan kesabarannya itu Alloh memberikan pujian serta
meningkatkan derajat nabi Ayub AS, serta
melipatgandakan pahala yang telah dan akan diterima kelak di akherat
oleh nabi Ayub AS. Dan sebaliknya disisi lain cerita istrinya yang tidak tahan
dengan ujian yang diberikan oleh Alloh kepadanya maka selain terusir dari
negerinya juga sudah dipastikan balasan yang setimpal dengan keburukan amal
yang diperbuatnya itu kelak akan dia tuai. Cerita itu adalah contoh yang
menggambarkan bahwa keburukan (ujian)yang dialami nabi Ayub AS. yang diberikan
kepada Alloh akan berbuah baik. Adapula kisah yang menggambarkan bagaimana
ujian kesenangan akan berbuah malapetaka. Salah satu kisah yang menjadi i’tibar
bagi kita diantaranya bagaimana seorang Qarun dapat tenggelam ditelan bumi
serta ditimbun hartanya. Hal itu menandakan bahwa sesuatu yang baik belum tentu
berdampak baik bagi kita.
Sebagai umat yang
barangkali bukan merupakan umat pilihan tentunya amat berat bagi kita menerima
kenyataan pahit yang kita alami walaupun sebenarnya ada hikmah yang terbaik di
dalam kejadiaannya. Tuntunan agama tidak dapat mentelolir manakala kita
menangis meraung di depan pusara untuk menyesali kepergian orang yang dikagumi
dan disayangi atau barangkali ketika
ditimpa kesulitan ekonomi yang sebelumnya diberikan Alloh keluasan harta benda.
Dalam perjalanannya sudah dipastikan ketika ditimpa huru-hara kehidupan dunia
itu kita akan mengalami goncangan batin dan ketidakrelaan dalam menghadapinya.
Padahal disinilah letak ujian yang Alloh berikan,dan kita harus mampu
menghadapi berbagai kesulitan itu dengan cara berbaik sangka kepada Alloh. Dan
berusaha untuk berpegang teguh di jalan Alloh dengan cara mengembalikan
semuanya kepada Alloh dengan cara bersabar dan bersyukur agar beroleh amal dan
kebajikan yang dijanjikan Alloh seperti yang difirmankan dalam surat Al-Baqarah
(126) tersebut. Karena sesungguhnya
kemalangan dan kebahagiaan yang kita alami adalah perlu perjuangan yang keras
untuk memperoleh ganjaran ibadah, sebab di mata Alloh hal itu adalah jihad. Oleh karena itu
kita harus yakin bahwa sebenarnya apapun yang diberikan Alloh adalah hal yang
terbaik bagi kita.
Wallahua’lam bishowab