Foto by Ticho Zone http://www.google.co.id/imgres?q=Bung+Tomo |
Sangatlah mudah, ketika kita mengungkapkan kata “Bangsa yang besar adalah
bangsa yang menghargai Jasa Para pahlawannya”, tapi kalau kita mendalami makna
kalimat tersebut sangatlah dalam, sebab menghormati jasa para pahlawan bukan
sekedar slogan atau acara seremoni yang digelar sepanjang tahun. Kita cenderung
mengagungkan kata pahlawan tanpa menghargai perjuangan yang mereka perjuangkan.
Bung Tomo menegaskan dalam pidatonya bahwa semangat perjuangan yang diberikan
oleh para pemuda kala itu adalah semangat untuk melenyapkan penjajahan di bumi
Surabaya khususnya dan umumnya NKRI. Bung Tomo mampu membakar semangat heroik bagi kaum pemuda kala itu. Selepas
membakar semangat pemuda seantero nusantara Bung Tomo tidak lantas berdiam diri
tapi langsung memimpin pasukan tanpa pantang menyerah, hal ini yang dicontohkan
oleh Bung tomo, bahwa seorang pemimpin mampu menjadi suri tauladan terhadap
semua orang. Bung Tomo dan para kaum muda kala itu hanya satu tekad melenyapkan
penjajahan di bumi pertiwi. Dalam salah satu pesan dalam pidatonya kala itu,
Bung Tomo berujar, bahwa kemerdekaan adalah harga mati, dan perjuangan kita
adalah perjuangan yang diridhoi oleh Allah, “biar darah ini mengalir dan jiwa
melayang, tapi perjuangan kita semua akan dikenang sepanjang masa”, bukan hanya
satu angan-angan dari bung Tomo dan pemuda kala itu tapi yang terpenting adalah
biar nyawa melayang tapi anak cucu senang di masa yang akan datang.
Hampir puluhan tahun sudah perjuangan yang heroik itu berbekas dalam ingatan
bangsa, dan perjuangan itu telah kita nikmati dengan berbagai kebebasan
berbangsa dan bernegara, serta keamanan beribadah, mencari nafkah, serta 1001
macam kebebasan lainnya yang kita kecap.
Tapi pertanyaan yang muncul sudahkan kita menghargai segala jasa-jasa mereka
yang telah berhasil membebaskan bangsa ini dari belengu penjajahan. Kenyataannya
adalah kita belum mampu mengakselerasi tujuan dari para pahlawan kala itu, kita
cenderung mendogma bahwa kebebasan yang kita raih adalah semata-mata karena
takdir dari Allah tanpa diimbangi oleh rasa syukur yang disertai dengan kerja
keras melawan penjajahan laten yang kita alami saat ini. Kita belum mampu
menghargai jasa para pahlawan itu dengan usaha kita untuk mengantarkan bangsa
ini menjadi bangsa yang besar yang disegani oleh-bangsa-bangsa lain di dunia.
Kita masih berkutat pada tataran bangsa yang hanya mampu menghargai jasa para
pahlawannya dengan upacara-upacara umum untuk mengenang tanpa berbuat banyak
untuk kepentingan bangsa. Saya tidak anti terhadap pelaksanaan upacara-upacara
itu, tapi sebaiknya segala upacara – upacara yang dilaksanakan tersebut,
dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana mau menghayati
makna upacara kalau lagu bagimu negeri saja lupa syairnya, bagaimana mau menghayati
kalau ketika penghormtan kepada sang merah putih saja tangannya naik turun,
sikapnya tidak sempurna. Sungguh dari hal yang sepele itu saja kita dapat
menilai, sejauhmana bangsa ini menghargai jasa pahlawannya.
Kalau kita bertanya kepada siswa SD, SMP, atau SMA
sekalipun, berapa persen yang hafal nyanyian lagu wajib nasional, saya sempat prihatin
ketika seorang publik pigur dalam salah satu tayangan di televisi tidak sanggup
menyanyikan lagu wajib nasional, tetapi ketika ditanya lagu Ayu Tingting hafal 100
persen. Walaupun hal itu bukan ukuran kecintaan kita terhadap tanah air, tapi
paling tidak itu adalah sebuah cerminan suatu bangsa dalam menghargai jasa
pahlawannya. Saya tidak begitu heran jika orang yang ditanya itu adalah orang
yang jauh dari pedalaman dan bukan kaum terpelajar.
Saya membayangkan kalau nyanyian wajib nasional saja tidak hafal, bagaimana
kalau ditanya tentang nama pahlawan dan cerita perjuangannya, apalagi mau tau
terhadap nasib para veteran perang yang dimasa tuanya kesepian dan tak ada yang
mengiraukan apalagi menghargai perjuangannya.
Terlepas dari semua itu kita sebagai anak bangsa tak perlu menyalahkan
siapa-siapa terhadap kondisi bangsa saat ini. Tapi yang perlu kita tanamkan
saat ini adalah menumbuhkan jiwa kepahlawanan itu dalam diri kita masing-masing
seperti yang dikobarkan bung Tomo kala itu. Kita sebagai anak bangsa wajib
turut serta meneruskan cita-cita para pahlawan tersebut dengan cara bekerja
keras dalam menghadapi berbagai ancaman bahaya laten yang nyata diantaranya penjajahan
ekonomi, penjajahan akhlak lewat media, penjajahan korupsi dan lain-lain yang
justru tantangannya lebih berat dari penjajahan kolonial saat sebelum
kemerdekaan. Peristiwa penjajahan
tersebut jangan sampai terulang kembali saat ini, dan semua itu kita harus terus berkaca
terhadap perjuangan pahlawan serta terhadap sejarah yang telah terukir. Bung
Karno telah mengamanatkan kepada kita, bahwa sebagai bangsa kita jangan lupa
“Jas merah”. Dan perjuangan yang akan
kita hadapi itu perlu perjuangan yang
bercermin dari semangat para pahlawan ketika akan merebut kemerdekaan. Tidak
ada kata pesimistis, tapi kita harus optimis bahwa bangsa ini dapat sejajar,
bahkan lebih besar dari negara-negara lain di belahan dunia manapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar