Tahu Sumedang (Repro Wikipedia) |
Beberapa
bulan yang lalu saya kedatangan sahabat lama dari Sumedang dan bercerita banyak
tentang Sumedang saat ini. Walaupun tahun lalu saya sempat berkunjung ke
Sumedang via Jatinangor namun paling tidak memori saya diingatkan kembali
beberapa keindahan alam Sumedang dari sahabat saya itu.Selain bercerita tentang
sempitnya jalan Cadas Pangeran dan pesatnya pembangunan daerah lain
seperti Situraja dan Wado sahabat saya
tidak lupa menceritakan bagaimana perkembangan penjual tahu sumedang di
pinggiran jalan sepanjang jalan menuju arah Sumedang-Cirebon.
Perlu
diketahui bahwa tahu merupakan peganan
asli Sumedang walaupun sebenarnya cikal bakal tahu dibuat oleh WNI keturunan
Tionghoa bernama Ong Kino, konon Ong
Kino merupakan penjual tahu pertama di Sumedang, Pasalnya tahu buatan Ong Kino
merupakan cikal bakal tahu yang pernah dicicipi oleh Bupati Sumedang Pangeran Aria Soeriatmaja (1883-1919). Bupati
yang terkenal dengan kedalaman agamanya dan sangat dicintai rakyatnya itu
berkunjung ke tempat peristirahatannya di Situraja pada tahun 1917, kebetulan
Bupati kala itu singgah di rumah Ong Kino dan mencicipi tahu buatan Ong Kino
dan saat itu Bupati berujar bahwa tahu buatan Ong Kino sangat enak dan layak
untuk dijual, kebetulan kala itu Ong kino menjual tahu di pinggiran jalan. Dan
95 tahun kemudian do’a Bupati Sumedang itu terbukti sampai sekarang. Saat ini
tahu di Sumedang sudah menjadi penyambung hidup bagi masyarakat sumedang dan
sudah menjadi peganan tradisi masyarakat Sumedang dan menurut Cornelius (2011)
sedikitnya 232 unit usaha tahu mempekerjakan 1500 orang dan itu belum termasuk
penjaja tahu di pinggir jalan sebanyak 2000 penjaja. Diperkirakan setiap bulan terjual tahu sebanyak 1,2 juta
buah tahu dengan harga Rp.400-Rp.500 per buah.
Hingga tahun 2011 diperkirakan sekitar
3500 orang menggantungkan hidupnya di sektor pembuatan tahu. Sedikitnya 1500
tenaga kerja dalam unit usaha pembuatan tahu dan 2000 orang lainnya berjualan
tahu.Nilai investasi tahu Sumedang mencapai 1,3 miliar dengan kapasitas
produksi 202 juta kilogram tahu per tahun2). Walaupun banyak produk
unggulan kabupaten sumedang diantaranya ubi Cilembu, peuyeum cigendel, dan opak
congeang akan tetapi tahu merupakan produk yang legenda dan menjadi unggulan.
Rasanya belum berkunjung ke sumedang jika kita tidak membawa satu borongsong
(wadah dari bambu) saja sehabis berkunjung ke Sumedang.
Saya jadi teringat saudara saya yang
tinggal di Tarikolot Sumedang menurutnya saat ini pengrajin tahu agak sedikit
ketar-ketir dengan harga kedelai yang melonjak apalagi dalam waktu dekat
pemerintah akan membangun jalan Tol Bandung- Cirebon (Tol Cisumdawu dan Bandara
Kertajati), mereka (pedagang tahu) khawatir terjadi apa yang dialami oleh
pengrajin tahu yang ada di Purwakarta sebab semenjak dibangun Jalan Tol
Cipularang (Jakarta-Bandung), pengrajin dan penjaja tahu di pinggir jalan
banyak yang gulung tikar karena kurangnya pembeli yang melewati jalan utama
antara Purwakarta dan Subang. Walaupun masyarakat Sumedang menyadari
bahwa pembangunan jalan Tol tersebut adalah dalam rangka meringankan kemacetan
di Jatinangor dan sempitnya serta
kondisi jalan tua di Cadas Pangeran. Namun menurutnya perlu adanya antisipasi
dini dari pemerintah daerah dalam menyelematkan pengrajin dan penjual tahu
untuk melepaskan diri dari ancaman kebangkrutan.
Selain tata kelola niaga tahu untuk
penyelamatan pengrajin tahu kepedulian pemerintah yang sangat dinantikan adalah
menekan harga beli kedele bagi pengrajin sebab selama ini dari hari ke hari
perkembangan harga kedele jauh dari pantauan terlebih kedele lokal yang
harganya mencapai 7.500 per kilogram. Pengrajin sangat menginginkan produk
kedele lokal sebab pembuatan tahu dengan bahan kedele lokal dapat meningkatkan
kualitas kekenyalan tahu dan ketahanan
tahu serta kelezatannya, lain halnya dari bahan kedelai import. Namun
hal ini terpaksa mereka lakukan sebab saat ini kebutuhan kedelai untuk daerah
Sumedang saja sekitar 400-500 ton per bulan dan 60 persen diantaranya diisi
oleh kedelai import. Padahal untuk bahan kedelai import
hanya 2-3 bulan saja dan harus segera diolah,
tidak seperti kedelai lokal yang dapat disimpan sampai 6 bulan.
Terlepas dari semua kendala yang
dihadapi tentunya selain kepedulian pemerintah daerah dalam menyelematkan
perajin dan pedagang tahu, maka para perajin tahu harus berupaya menciptakan
aneka dan kemasan produk yang menarik bagi komsumen. Dan semua itu telah
dibuktikan oleh perajin tahu dengan menciptakan aneka produk tahu yang menarik
dengan munculnya tahu bulat, tahu keju, tahu susu akhir-akhir ini, hal ini akan
menciptakan gairah perdagangan tahu di Sumedang. Begitupun dengan kepedulian
pemerintah kabupaten sumedang saat ini dengan merencanakan penataan area
(pusat) perdagangan tahu di daerah ini. Untuk
itu saya yakini bahwa pemerintah daerah Sumedang akan terus berusaha
menciptakan alternatif untuk pengembangan produksi dan produk bagi
kelangsunggan perajin tahu di daerahnya. Itu tidak mustahil bukankah Bupati
pendahulu (Aria Soeriatmaja) telah mencontohkan keberhasilan kabupaten Sumedang
kala itu, semoga.
1)Tandang Nyandang Kahayang (Maju melangkah
kedepan untuk mencapai
keinginan)
keinginan)
2) Harian Kompas 07/01/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar