Malin Kundang (Legenda yang menjadi pelajaran) |
Ada pepatah mengatakan, orang maju belajar dari sejarah
hal itu yang tak juga membuat orang sadar bahwa sejarah hendaknya dijadikan cermin yang baik untuk melangkah
lebih jauh kedepan. Saya tidak akan berbicara mengenai sejarah, keutamaan
sejarah, pengaruh sejarah, atau dampak sejarah terhadap perkembangan peradaban.
Akan tetapi yang jarang orang melihat
dan mengkaji selain sejarah adalah tentang kebaikan legenda (cerita rakyat) terhadap
perkembangan kepribadian generasi muda yang kian hari nyaris tidak mempunyai
perhatian khusus baik dari kalangan cerpenis, budayawan, pendidik, pembaca
apalagi dari kalangan pelajar. Walaupun ada budayawan yang peduli dalam
pementasan cerita legenda akan tetapi para penontonnya dari kalangan budayawan
itu sendiri, sehingga dampak yang dihasilkan tidak menyentuh terhadap kalangan
yang sebenarnya membutuhkan informasi tentang hal tersebut (sebut saja generasi
muda).
Seperti
telah kita ketahui bahwa legenda adalah cerita rakyat yang dituturkan dari mulut
kemulut sehingga terbentuk suatu rangkaian cerita walaupun cerita itu bisa jadi
tidak diyakini keberadaannya (keabsahannya). Legenda merupakan cerita yang
keberadaannya cukup tua akan tetapi ceritanya tetap relevan, moral ceritanya
tetap kuat dan eksis hingga kini. Ada nilai kesetiakawanan, kepedulian terhadap
saudara, ikatan persaudaraan, kejujuran, hingga kesucian cinta. Tengok saja
bagaimana penuturan kisah Malin Kundang, yang ceritanya mengajarkan kepada kita
begitu hebatnya do’a seorang ibu serta bagaimana balasannya jika menjadi anak
yang durhaka. Adapula cerita Lutung Kasarung (Lutung tersesat) yang
menceritakan bagaimana seorang putri (Purbararang) yang ditugasi untuk
menggantikan sementara ayahnya Prabu Tapa Ageung akan tetapi dia tidak mampu menjalankan amanah sang ayah karena
memimpin secara otoriter serta mempunyai rasa dengki dan iri kepada adiknya
(Purbasari), yang akhirnya keirian hati Purbararang itu mendapat balasan yang
menyakitkan baginya. Dan sebaliknya Purbasari dengan kerendahan hati serta kesabarannya
dalam menghadapi kelaliman kakanya sendiri itu mendapat kebahagiaan diujung
cerita. Dan bagaimana Lutung Kasarung yang merupakan perwujudan Guruminda serta
dikutuk wujudnya menjadii kera, ternyata setelah mendapatkan ketulusan cinta dari
Purbasari dia menjelma kembali menjadi pangeran gagah dan hilanglah kutukan
yang diberikan kepadanya.
Dari cerita Lutung Kasarung saja kita
dapat belajar bagaimana menjadi manusia yang sepatutnya agar menjadi manusia
yang sabar, tidak ada perasaan iri dengki serta ketulusan hati. Masih banyak
cerita-cerita serupa dan jika kita membacanya
akan membangkitkan kesadaran kita terhadap akhlak dan perilaku baik dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap daerah
mempunyai cerita rakyat yang berbeda sebut saja, Ai Nga Sorngai, Joko Kendil, Rawa
Bening, Si Pahit Lidah, Sangkuriang, Rorojongrang, Dewi Sri, Asal Mula Telaga
Warna dan lain-lain.
Seluruh cerita yang saya sebutkan itu
mengandung cerita yang secara tidak sadar menjadi khasanah budaya bangsa serta
dapat menjadi modal bagi kita dalam
pembangunan kepribadian anak bangsa. Namun ternyata cerita legenda tersebut nyaris
terlupakan baik oleh kita maupun generasi
muda apalagi kita jarang ke perpustakaan yang sering berkunjung ke perpustakaan
saja tak banyak yang menyukai cerita legenda, hal ini disebabkan cerita legenda
tidak ditampilkan dalam buku yang menyerupai komik atau sejenisnya sehingga tidak
mampu menggugah generasi muda untuk membaca dan mempelajarinya. Anak muda
(pelajar) cenderung menyukai komik-komik modern yang alur ceritanya instan.
Kaum pelajar akan berlama-lama membaca serial Ultra Man, Wiro Sableng dan
sejenisnya ketimbang membaca legenda yang sarat akan pelajaran berharga. Saya
kurang tahu percis apa penyebabnya yang jelas buku legendapun banyak diperjual
belikan, atau bahkan di televisi juga sudah sering memuat film bertema legenda
walaupun alur ceritanya melenceng dari cerita yang sebenarnya dan cenderung
ditambah-tambahi atau dikurangi hal itu dapat dimaklumi karena televisi hanya
memikirkan profit.
Ada
beberapa hal yang menyebabkan cerita legenda tidak populer di kalangan pelajar,
diantaranya, pertama, kurang memopulerkan legenda terhadap anak sejak dini
disebabkan telah banyaknya media gadget yang menampilkan permainan yang lebih
menarik dibanding legenda, kedua buku-buku legenda yang ditampilkan isinya
kurang menarik dibaca oleh kaum pelajar terutama anak-anak TK dan SD, sebab
mereka cenderung menyenangi cerita yang bergambar dengan warna yang mencolok.
Ketiga, Pendidik di sekolah lebih senang menceritakan cerita populer yang
menampilkan cerita yang tidak dimulai dengan jerih payah perjuangan dan
berakhir dengan kesenangan akan tetapi menceritakan tentang hal-hal yang instan
sebagai contoh Berlibur ke TMII, Sepeda Baruku, Bertamasya ke Pantai dan
sejenisnya. Cerita populer itu perlu diberikan akan tetapi ada baiknya menyelipkan
cerita yang bernuasa kepahlawanan, kejujuran, kegigihan dalam perjuangan,
ketulusan hati dan semua itu ada dalam cerita legenda. Keempat, Peran orang tua
dalam memberikan wejangan terhadap anak dalam bentuk kisah legenda dan
disampaikan sebelum tidur terutama kepada anak usia dini jarang dilakukan hal
ini disebabkan ketidaktahuan cerita legenda karena kurangnya
membaca cerita legenda ,terlebih kisah nyata para pahlawan, para Nabi yang
sifatnya perlu diketahui oleh anak sejak dini. Kelima orang tua tidak mampu
membatasi anak usia dini ketika menonton televisi, akan tetapi cenderung mensponsori
anaknya untuk mengetahui alur cerita sinetron yang tidak jelas juntrungnya dari A sampai Z
tanpa memikirkan dampaknya terhadap perkembangan perilaku anak.
Dengan demikian selain menyampaikan
kisah-kisah nyata para Nabi, syuhada, pahlawan dan sejarah yang penting
disampaikan kepada anak usia dini, ada baiknya sebagai orang tua berupaya
memperkaya khasanah pengetahuan kita tentang legenda dari setiap daerah. Dengan
demikian selain kita mengetahui kisah-kisah legenda paling tidak kita dapat
menumbuhkan rasa kecintaan genrasi muda terhadap kekayaan budaya bangsa. Lebih
dari itu kita dapat mengajarkan akhlak yang baik yang termuat dalam kisah
legenda tersebut, sehingga diharapkan kisah dalam legenda paling tidak dapat
menanamkan nilai baik pada generasi muda sejak dini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar