|
Ikan Nila di penampungan ikan |
Membuat penasaran memang ketika dihadapkan kata
gesit di depan sebuah kalimat. Padahal sesunguhnya hal ini hanya sekedar
inspirasi saya karena diingatkan masa kecil saya ketika bertandang ke rumah
leluhur saya di salah satu kecamatan di
Kabupaten Ciamis. Kabupaten Ciamis amat terkenal dengan kulinernya, saya
teringat akan rasa buntilnya yang khas. Perlu diketahui buntil terbuat dari
parutan kelapa yang tidak terlalu tua dicampur ikan teri dan bumbu yang khas
serta dibalut oleh balutan daun singkong dan dikukus, maknyus rasanya. Selain
kuliner, Ciamis adalah sentra produksi perikanan baik perikanan laut maupun
budidaya air tawar, jangan diragukan lagi kalau sempat bertandang ke daerah
Ciamis jangan lupa mencicipi ikan air tawar yang mempunyai cita rasa yang khas
dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Barat. Entah apa yang membuat rasanya
khas, tapi menurut hipotesis saya dimungkinkan oleh tekstur tanah liat yang ada
disana sehingga berpengaruh terhadap rasa ikan yang penuh cita rasa tinggi dan setelah digoreng bisa disimpan
beberapa hari lamanya walau di ruang terbuka sekalipun.
Berbicara tentang ikan air tawar maka saya teringat
akan ikan Nila yang kala itu sekitar tahun 83-an sangat booming di daerah
Ciamis, bukan perkara sulit jika hendak memancing dan ingin mendapatkan ikan
Nila seberat 1-2 kilogram dikolam ikan, sebab mayoritas masyarakat disana gemar
memelihara ikan ini. Untuk meretas keingintahuan saya tentang ikan nila kala
itu, saya sempat bertanya selain kepada paman
saya yang jago membenihkan ikan juga kepada pembudidaya ikan lainnya
serta litelatur yang saya baca. Sehingga tak elok rasanya apabila saya tidak
mau berbagi tentang pengetahuan itu kepada anda.
Ikan Nila sebenarnya bukan ikan asli sungai-sungai
di Indonesia. Nila (Oreochromis nilaticus)
merupakan anggota keluarga besar tilapia. Leluhur nila hidup di sungai-sungai
Mesir dan sebagian daerah Israel hingga perairan air tawar negara-negara di
Afrika Tengah. Menurut Amarullah (2010) di negara Mesir Nila sudah dibudidayakan
sejak 4000 tahun silam. Dibuktikan dengan adanya tulisan di daftar gardiner,
yakni kumpulan lambang huruf (hieroglyph) mesir kuno, tilapia menempati urutan pertama dalam daftar ikan.
Keluarga tilapia ini terdiri atas tiga genus besar
yakni Oreochormis, Sarotherodon, dan Tilapia. Dalam Genus Orechormis
sendiri ada 30 species. Dua anggota Orechormis yang sangat populer di
Indonesia adalah Nila dan Mujair atau Orechormis
mozambicus. Tak diketahui kapan ikan tilapia ini masuk ke sungai-sungai di
Indonesia. Lebih lanjut Amarullah (2010) mengatakan bahwa ikan Nila didatangkan
ke Indonesia dari Taiwan pada akhir
tahun 1960-an. Ikan Omnivora ini sangat populer disana. Padahal sebenarnya ikan
Nila (Wu Kuo) dalam bahasa Taiwan didatangkan dari Singapura pada tahun 1946.
Ikan nila merupakan ikan budidaya yang paling penting di dunia.
Berdasarkan data Badan Pangan Dunia (FAO) , total produksi Tilapia dunia pada tahun 2010 adalah 3,7 juta ton. Indonesia
berada di urutan kelima pemasok ikan Nila dan Cina merupakan negara di urutan
pertama disusul Mesir, Thailand dan Filipina di urutan keempat. Padahal bibit
nila baru diperkenalkan di Cina pada tahun 1978.
Rasanya tak sedap jika Indonesia negara ditengah
laut serta perairan dalam (sungai) dengan
potensi budidaya perikanan yang sangat besar kita kalah langkah oleh
Thailand dan Filipina, untuk itu kalau anda punya pekarangan yang luas atau
sempit bahkan di daerah air payau sekalipun tak ada salahnya jika mau
membudidayakan ikan ini karena ikan nila
mampu beradaptasi pada suhu dan keadaan air yang ekstrim. Untuk itu sejenak
kita mengenal ikan ini walaupun tidak begitu mendalam.
Budidaya ikan nila
sesungguhnya dapat dilakukan sembarang, maksud saya dapat dilakukan
hanya sekedar hobby, untuk dikonsumsi sendiri, atau untuk penghasilan tambahan,
atau bisa jadi untuk usaha komersil. Membudidayakan ikan nila tidak memerlukan
keahlian khusus karena penangganan ikan ini tidak serumit yang dibayangkan,
istilah orang sunda “Talawengar lagrag
usum hujan jadi mujaer” (Genteng jatuh musim hujan dapat berwujud jadi ikan
Mujair nila), kalimat itu dilontarkan karena begitu mudahnya memelihara ikan
ini.
Istilah itu mengena, bayangkan dari indukkan nila
yang sudah matang gonad dapat menghasilkan telur 2000-2500 telur tergantung
besar kecilnya ikan. Jika mortalitas 50% saja maka dapat menghasilkan benih ikan
sebanyak 1000 ekor dan inipun jarang terjadi karena ikan nila langsung
mengerami telur dimulutnya sendiri sampai larva hingga saat mengasuh, sehingga
kemungkinan mortalitas tinggi tidak
terjadi.
Ikan nila dapat hidup di temperatur 150C-200C
walaupun pada kisaran suhu ini pertumbuhan ikan ini relatif lambat. Idealnya
suhu 220 C -310C
ikan ini akan tumbuh pesat karena pada suhu ini akan membuat ikan nila
terpacu untuk doyan makan. Bahkan
baru-baru ini DR. M Husni Amarullah,MSc (Kepala penelitian Ikan Nila) dari Pusat Teknologi Produksi Pertanian telah
melakukan pengujian penebaran ikan yang gesit dan lincah ini pada kolam dengan
tingkat keasinan 10 parts per thousand
dan benih-benih yang telah terseleksi pada kolam itu akan dilakukan penebaran
di air payau dengan tingkat keasinan 20 parts
per thousand dan ternyata ikan ini bertahan hidup, menurutnya tahun depan
ikan ini akan dirilis ke lapangan.
Selanjutnya Amarullah mengatakan bahwa ikan nila
berkembang optimum pada temperatur 250C-370C dan bahkan
ada ikan nila jenis Tilapia mariae
yang dapat bertahan hidup di suhu yang ekstrim. Ada juga ikan nila yang sanggup
hidup di suhu yang dingin hingga 70C yakni Tilapia biru (Oreochoemis aureus). Maka tak salah
kalau ikan ini dijuluki Si gesit yang
tahan banting
Untuk pengembangbiakan ikan nila,dianjurkan
perbandingan jantan dan betina adalah 1:3 ,dalam setiap m2
dibutuhkan empat sampai 5 pasang induk nila (5 jantan dan 20 betina). Dan untuk
pembesaran ikan nila yang seperti dilakukan pak Iing (pembudidaya ikan) di
Jatiluhur, bahwa tiap setengah hektar lahan dapat menghasilkan 2-3 ton ikan
nila jika diusahakan secara intensif serta sistem proses jantanisasi /rekayasa genetik, (dapat dibaca dalam buku Trik
Mempercepat Pertumbuhan Ikan Nila, karangan Wagi Soedarso). Sekedar informasi,
menurut penuturan pak Iing (pembudidaya ikan) di daerah jatiluhur saja per hari
membutuhkan benih ikan sebanyak 40 ribu ekor per hari. Dan menurutnya pasar
ekspor sudah menunggu, dan pasar domestikpun belum terpenuhi.
Bagi yang hendak membudidaya ikan nila di kolam, dianjurkan untuk kolam tanah 1x1 m dapat menampung ikan
150-250 ekor ikan berukuran 3-5 cm atau ikan sebesar dua jari. Jika ikan sudah
mencapai 90-100 gram/ekor maka jumlah ikan dalam kolam harus dikurangi sampai
50 %. Atau diusahakan setiap 1x1 m kolam dapat menampung 100-150 ekor. Jumlah
ini sama juga dalam penerapan di jaring apung seperti yang dilakukan di waduk
Jatiluhur.
Jika ingin membesarkan ikan lebih dari 250 gram/ekor
maka jumlah ikan harus dikurangi setengah dari yang sudah ditebar tadi,
kegunaannya agar tidak terlalu padat tebar. Untuk pemberian pakan pellet atau
sejenis makanan lainnya diberikan paling tidak sebanyak 3x1 sampai 5-6
kali sehari dengan jarak pemberian 2-3 jam karena pemberian makan yang
teratur akan mempengaruhi pertumbuhan ikan, dan pada hakekatnya ikan nila
membutuhkan asupan makan yang cukup karena ikan ini tergolong ikan yang rakus
dan tidak rewel dalam asupan makan karena tergolong omnivora, sehingga selain
pellet ikan ini dapat diberikan makanan daun-daunan serta bungkil atau ampas
bekas dari hasil industri kecil.
Pemberian pakan diusahakan minimal seberat 3- 5
persen dari berat badannya. Tapi jangan pula berlebihan karena akan
mengakibatkan makanan terbuang percuma serta akan mempengaruhi kualitas air dan
jika mengendap didasar kolam akan mengakibatkan mortalitas, contoh kasus
diwaduk-waduk atau danau yang kerap terjadi kematian masal pada ikan, hal ini
salah satunya disebabkan oleh munculnya endapan lumpur dari sisa-sisa makanan
yang tidak termakan (terbuang) di dasar danau dan naik ke permukaan danau
sehingga mengakibatkan kematian massal.
Jika sudah mencapai ukuran 0,25 – 1 kg atau
tergantung keinginan, ikan nila siap dipanen. Pemanenan ikan nila sebaiknya
dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat cuaca tidak panas dan suhu stabil
(tidak begitu tinggi). Tujuannya supaya ikan tidak terlalu kepanasan. Ikan
dapat ditangkap dengan menggunakan seser halus, tangan, lambit, tangguh atau
jaring.
Setelah dipanen, taruhlah ikan di dalam
bak/tong/hapa selama 1-2 jam (untuk pengangkutan jarak dekat) dan diberok
selama semalam (untuk pengangkutan jarak jauh dengan tujuan agar feses (kotoran) ikan keluar sehingga
ikan nila tidak stress serta mutu dan kualitas dapat dipertahankan, selain itu
ikan dapat dipasarkan dalam keadaan segar (tidak mati).
Jika anda ingin mengangkut dengan kantong plastik,
sediakan oksigen dalam jumlah yang cukup. Caranya siapkan kantong plastik,
berikan air 1/4 bagian dari kantong, isikan nila sebanyak 2-3 kg/kantong,
berikan oksigen 2/3 bagian dari kantong. Pengemasan ini dilakukan apabila
perjalanan angkut lebih dari 5 jam. Nah, mudah bukan?, tunggu apalagi...mari membudidayakan ikan
Nila sekarang juga.
Rujukan :
--------------
Wawancara dengan Iing Solihin
(pembudidaya ikan),Purwakarta tanggal 27 Juni 2011.
Majalah
Tempo , Ada Ikan Ayam di Air Payau,
Edisi 10-16 Oktober 2011,hal 76
Sutisna
Damhuri,(2011),Laba Tebal Budidaya Ikan
lele di Kolam Terpal,Era book Publishing,ISBN : 978-602-96572-2-7
W
Soedarso dan Santi,(2011),Jurus Sukses
Besar Budidaya Gurame & Nila,Pustaka Araska Media Utama, Jakarta,ISBN
:978-602-9072-19-8