Merokok |
Menurut litelatur yang saya
baca bahwa merokok adalah hal yang buruk yang semestinya kita tinggalkan.
Menurut WHO yang dikutif oleh Pusat Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan
(2010) , Setiap 6,5 detik satu orang meninggal
karena rokok. Riset memperkirakan bahwa orang yang mulai merokok pada usia
remaja dan terus menerus merokok selama 2 dekade atau lebih, akan meninggal
20-25 tahun lebih awal dari orang yang tidak pernah menyentuh rokok.
Selanjutnya disebutkan
bahwa ada beberapa efek samping akibat merokok yang jarang dipublikasikan,
diantaranya penyakit katarak, kulit keriput, hilangnya pendengaran, kanker
kulit, karies, Emphysema, osteoporosada, jantung, tukak lambung, disklori
jari-Jari, kanker uterus, kerusakan sperma, psoriasis, beurgeur, kanker dalan
lain-lain. Hal tersebut tentunya sangat penting menghentikan kebiasaan buruk
tersebut, karena keuntungan berhenti merokok dapat segera dirasakan diantaranya
6 jam sesudah berhenti merokok, denyut nadi dan tekanan darah kembali normal,
12 jam setelah berhenti merokok, karbonmonoksida (CO) meninggalkan sistem
peredaran darah dan pernapasan. 1 hari setelah berhenti merokok tekanan darah
lebih rendah dan kegiatan jantung lebih kuat. 1 tahun setelah berhenti merokok,
resiko serangan jantung menurun sampai setengah dibandingkan dengan perokok
aktif. 5-15 tahun setelah berhenti merokok resiko stroke menurun sampai tingkat
bukan perokok. 10 tahun setelah berhenti merokok resiko serangan jantung
menurun sampai tingkat bukan perokok jika berhenti sebelum timbul
penyakit. 15 tahun setelah berhenti
merokok resiko serangan jantung menurun sampai tingkat bukan perokok jika
berhenti sebelum timbul penyakit. Untuk lebih efetif imbangi dengan hidup sehat,
lakukan aktivitas fisik dan konsumsi gizi yang seimbang.
Selama ini perokok sangat
sulit untuk keluar dari jeratan bahaya rokok, hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya lingkungan, kebiasaan yang sulit dilepaskan, dan yang paling
memengaruhi adalah iklan yang disampaikan oleh produsen rokok yang semakin
gencar serta semakin variasi dalam penyajian. Iklan yang disajikan tidak secara
langsung menyentuh kepada substansi dan ditampilkan secara nyata serta diikuti
dengan larangan yang ada dalam kemasannya. Akan tetapi tidak juga menyurutkan
para pecandu untuk menghentikan kebiasaan buruknya, bahkan cenderung menambah
daftar panjang para pecandu pemula. Baru-baru ini saya menyimak berita tentang
keberanian Vietnam untuk mencegah iklan rokok, di negara yang merupakan sorga
para perokok. Suatu langkah yang cukup efektif dalam memberikan perlindungan
terhadap warganya. Karena iklan merupakan media yang efektif dalam menjaring
para perokok untuk tetap menikmati kebiasaannya. Padahal sejatinya iklan rokok
merupakan tipuan yang cukup menyesatkan bagi kita semua.
Fakta dan data serta mitos
yang terbukti menyesatkan diantaranya :
Menurut pendapat perokok
bahwa merokok adalah hak individu yang tidak boleh digangggu gugat. Padahal
merokok adalah ketidakberdayaan melawan adiksi nikotin dan berakibat pada
kesehatan. Rasa tanggunggjawab hendaknya
membuat perokok tidak membawa segala resiko gangguan kesehatan akibat
rokok pada anggota keluarga yang disayanginya. Apalagi perokok pasif justru
yang mengalami dampak negatif yang ditimbulkan dari asap rokok si pecandu.
Para perokok berpendapat
bahwa ikan rokok tidak mencari perokok baru tapi agar perokok beralih ke produk
baru. Padahal bagi para pecandu rokok, dengan atau tanpa iklan ia akan tetap
mencari rokok karena tak dapat lepas dari cenkeraman rokok. Jadi sebetulnya
iklan rokok lebih ditujukan mencari perokok baru, terutama anak dan remaja yang
sekali terjerat akan lama jadi perokok.
Menurut sebagian orang baik
perokok ataupun bukan bahwa industri rokok lebih berjasa terhadap pendapatan
negara melalui cukai rokok, padahal yang membayar cukai rokok adalah konsumen
atau perokok , bukan industri rokok.
Menurut para perokok bahwa
industri rokok memberi sumbangan besar pada penerimaan pemerintah. Padahal
sebetulnya sumbangan cukai rokok pada penerimaan negara hanya sekitar 6-7 % .
Bila cukai dinaikan, penerimaan akan naik karena rokok adiktif dan harganya
in-elastis, jika cukai rokok naik 10 %, volume penjualan berkurang 0.9-3 %,
penerimaan cukai bertambah 29-50 triliun.
Saya pernah mendengar
penuturan sarjana bidang ekonomi menurutnya
bahwa peningkatan harga rokok akan membebani penduduk miskin. Padahal
sebetulnya perilaku merokoklah yang membuat orang menjadi miskin karena
kecanduan dan menjadi konsumen setia. Peningkatan harga rokok akan mengurangi
konsumsi rokok pada orang miskin sehingga mereka akan memanfaatkan uang mereka
untuk membeli barang kebutuhan hidup mereka. Data Susenas 2006, 12 %
pengeluaran keluarga miskin digunakan untuk rokok, padahal untuk daging, telur
dan susu hanya 3 %.
Beberapa orang beranggapan
bahwa Indonesia adalah negara pengekspor tembakau. Padahal sesungguhnya
Indonesia pengimpor tembakau dari banyak negara seperti Amerika, Cina,
Singapura dan lain-lain. Data Ditjen Pertanian tahun 2005 menunjukkan bahwa
nilai impor tembakau lebih besar dari ekspornya, negara rugi $35 juta per tahun
karenanya.
Saya tidak terlalu anti
rokok akan tetapi hanya mengingatkan bahwa salah satu faktor penyebab
kemiskinan adalah rokok, sebab 3 dari 4 keluarga Indonesia memiliki pengeluaran
untuk rokok dan belanja rokok bulanan keluarga miskin lebih banyak (12%)
daripada keluarga kaya (7%). Rumah tangga miskin lebih memilih membeli rokok
daripada menyimpan uangnya untuk makanan
dan minuman, membayar kontrak rumah, perbaikan rumah, listrik dan barang-barang
kebutuhan, pengeluaran pendidikan dan kesehatan (data susenas 2006).
Untuk sekedar diketahui
bahwa uang yang dibelanjakan untuk rokok secara nasional (2009), sebesar 97
triliun setara dengan pengeluaran pemerintah untuk :
1.
Biaya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk sekitar 97 juta anak SD dan SMP.
2.
Dana
BLT untuk 79 juta rumah tangga miskin satu tahun
3.
Pengadaan
beras raskin untuk 330 juta rumahtangga.
4.
Program
pengentasan kemiskinan, tahun 2007 sebesar 57 triliun, tahun 2008 sebesar 58
triliun, tahun 2009 sebesar 66 triliun.
Sekarang saya mengetuk hati
kita semua apakah badan kita, keluarga kita, lingkungan kita, negara kita akan
terus dibiarkan terpuruk dengan ulah kita sendiri. Tentunya kita semua yang
akan menentukan, dan mulailah dari lingkungan kita sendiri, Wallohua’lam
bishowab.
Rujukan :
__________, folder, Jangan Tertipu Iklan Rokok, Pusat Kementerian Kesehatan
RI, Pusat Promosi Kesehatan.
__________, 2010, Tubuh Seorang Perokok, Pusprokes Depkes RI,Jakarta.
Anonymous, 1997, Perokok Pasif, Opini, tidak dipublikasikan.