Perikanan/Pertanian/Perkebunan

Cari Blog Ini

Senin, 19 April 2010

KALAU HARGA POKOK TERLALU TINGGI

Disarikan dari tulisan Tjiptono Darmadji tjiptono@darmadji.co.id
Dalam struktur laba rugi dari setiap perusahaan, maka harga pokok akan muncul sebagai pengurang yang pertama dari penjualan, sebelum memperhitungkan biaya-biaya yang lain. Harga pokok itu memang begitu pentingnya dan sekaligus juga begitu besarnya, sehingga besarnya laba kotor sangat tergantung pada perhitungan harga pokok. Ada perusahaan-perusahaan tertentu yang bisa menghasilkan laba kotor yang cukup besar, misalnya saja perusahaan pembuat kosmetik, tapi ada pula perusahaan yang memang hanya boleh mempunyai laba kotor yang relatif kecil, kurang dari 10% saja, seperti distributor. Yang punya laba kotor besar sebenarnya beruntung, karena punya ruang gerak yang lebih luas untuk biaya operasi dan bunga, sedangkan yang punya laba kotor kurang dari 10%, benar-benar harus hemat dengan biaya operasi perusahaannya, sedemikian rupa, sehingga masih bisa menyisakan laba operasi secukupnya, mungkin hanya 2-4% saja dan itupun masih harus cukup untuk membayar biaya bunga, sekiranya perusahaan masih harus menanggung biaya pinjaman. Karena itu perusahaan yang punya persentase laba kotor yang kecil atau persentase harga pokok yang tinggi, harus cenderung untuk membatasi diri dalam meminjam kepada bank atau sumber-sumber dana yang lain. Untungnya perusahaan yang demikian memang biasanya dapat mengandalkan seluruh kegiatan usahanya pada hutang usaha yang diberikan oleh pabrik. Harga pokok itu punya berbagai komponen, yang masing-masing besarnya tergantung pada sector usaha masing-masing dan masih juga tergantung pada bagaimana perusahaan itu di kelola. Secara teoretis setiap perusahaan mestinya bisa menghasilkan laba kotor, karena secara teoretis harga jual harus lebih besar dari pada harga pokok, namun dalam kenyataan tidaklah selalu demikian. Satu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa harga jual itu tidak ditentukan begitu saja oleh produsen atas dasar harga pokok ditambah margin laba. Untuk barang-barang yang dapat dijumpai dengan mudah di pasar atau yang dikenal sebagai komoditas umum, ada semacam harga pasar yang dipakai sebagai patokan. Produsen harus menyesuaikan terhadap harga pasar yang terbentuk dan kemudian menyesuaikan produksinya sedemikian rupa, sehingga masih bisa menghasilkan laba kotor. Memang untuk produk-produk atau jasa yang langka, yang tidak ada bandingannya di pasar, bisa saja ditentukan harga jual yang aduhai tingginya, sehingga harga pokok menjadi tidak penting lagi. Ambillah sebagai contoh jasa di bidang arsitektur atau jasa dibidang keuangan seperti mergers dan akuisisi. Itupun ada batasnya, sehingga produsen tetap saja harus memperhatikan harga pokoknya. Pada umumnya komponen terbesar dari harga pokok adalah biaya bahan baku dan bahan penolong yang memang diperlukan untuk membuat produk barang jadi. Hal yang demikian dapat kita amati pada struktur biaya dari industri manufaktur. Fluktuasi dari harga pembelian bahan baku bisa sangat berpengaruh pada struktur harga pokok,
demikian pula halnya dengan fluktuasi nilai tukar, kalau bahan baku harus di impor. Selebihnya adalah kemampuan manajemen untuk bisa memperoleh bahan baku dan bahan penolong dengan harga yang paling rendah, tentu saja sepanjang kualitas memadai. Manajemen memang harus terus menerus mencari alternative baru untuk mengganti bahan baku yang digunakan atau suppliernya. Jangan hanya terpaku pada masa lalu. Selalu ada kemungkinan untuk menurunkan harga pokok, bilamana manajemen memang berusaha keras untuk itu. Komponen lain yang besar adalah komponen biaya tenaga kerja, terutama pada industri padat karya. Manajemen bisa mengurangi komponen ini kalau bisa mempelajari bagaimana membuat proses produksi menjadi lebih efisien. Salah satu alternative adalah automation, tetapi jangan lupa mesin dan peralatan yang digunakan juga tidak murah. Biaya tenaga kerja bisa menjadi tinggi, kalau banyak lembur, padahal selama lembur itu kemampuan produksi telah berkurang dibanding dengan jam kerja biasa. Banyak perusahaan masih relative inefisien karena susunan tenaga kerja yang berlapis-lapis sebagai bagian dari struktur pyramidal. Struktur berjenjang memang membuat banyak orang hanya menjadi bagian dari sistim, tapi tak banyak yang benar-benar menjadi operator. Adalah paling baik untuk menetapkan unit cost bagi masing-masing bagian dari produksi dan tidak terlalu banyak orang yang hanya menjadi penerima laporan dari bawahannya. Ketrampilan tenaga kerja juga sangat menentukan besarnya harga pokok. Bilamana tenaga kerja tidak trampil, maka proses produksi bisa mengandung banyk kesalahan, sehingga hasil produksi menjadi tidak sempurna. Mungkin karena kualitas hasil produksi tidak memadai, maka tidak dapat dijual kepada pemesan yang sudah menetapkan standar mutu tertentu dan kalau terpaksa harus dijual murah kepada pihak lain, maka otomatis harga pokok akan menjadi tinggi atau mungkin lebih besar dari pada harga jual. Karena itu perusahaan selalu harus memperhatikan besarnya produksi yang non grade ini. Komponen lain dari harga pokok adalah depresiasi dari mesin-mesin dan peralatan yang digunakan. Digunakan secara terus menerus atau tidak, depresiasi mesin tetap sama. Karena itu perusahaan hanya bisa beroperasi secara efisien, kalau praktis bekerja terus menerus 24 jam sehari, 7 hari seminggu, setidak-tidaknya berhentinya mesin harus minimal, seperlunya saja kalau memang harus dilakukan maintenance. Karena itu perusahaan yang bekerja tidak optimal, akan mempunyai komponen biaya depresiasi yang besar. Meskipun depresiasi adalah biaya non cash, artinya perusahaan tidak mengeluarkan uang untuk itu, tetap saja harus diperhitungkan dan laba rugi perusahaan bisa menghasilkan rugi. Berikutnya adalah biaya-biaya pabrik yang lain yang juga harus diperhitungkan sebagai bagian dari harga pokok, seperti biaya listrik, spare parts dan biaya maintenance lainnya. Meskipun pada umumnya biaya-biaya lain ini tidak terlalu besar persentasenya, tetapi kenaikan tariff listrik yang masih harus dihadapi, harus disikapi dengan tindakantindakan penghematan, sedemikian rupa sehingga keseluruhan harga pokok masih dalam batas-batas yang wajar dan masih memungkinkan perusahaan untuk hidup. Bilamana harga pokok sudah terlalu tinggi, maka semua komponennya harus dibedah untuk menemukan mana yang salah dan sesegera mungkin harus diambil tindakan untuk memperbaikinya. Bagaimanapun juga harga pokok harus lebih rendah dari harga jual dan itu memang tanggung jawab produsen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar